Digital Happiness: DreadOut dan Usaha Menembus Ketatnya Persaingan Steam Greenlight

Kali ini, Duniaku.net mewawancarai salah satu punggawa dari Digital Happiness yang juga Game Producer dari DreadOut, Rachmad Imron. Disini, Mas Imron bercerita banyak mulai tentang DreadOut, bagaimana usahanya menembus Steam, hingga proyek mereka selanjutnya!

Digital Happiness: DreadOut dan Usaha Menembus Ketatnya Persaingan Steam Greenlight

Digital Happiness: DreadOut dan Usaha Menembus Ketatnya Persaingan Steam Greenlight

Beberapa minggu lalu, kami  sempat menuliskan artikel tentang DreadOut yang tengah berjuang untuk menembus Steam lewat Steam Greenlight. Nah, dalam kesempatan kali ini, kami mewawancarai Rachmad Imron, salah satu punggawa dari Digital Happiness yang juga merupakan Game Producer dari DreadOut. Dalam wawancara kali ini, Mas Imron bercerita banyak tentang proyek DreadOut, bagaimana ketatnya menembus persaingan dalam Steam Greenlight, hingga proyek mereka selanjutnya yang diberi kode DreadEye. Simak hasil wawancaranya berikut ini!

Duniaku (D): Bisa diceritakan, bagaimana sih latar belakang pembentukan Digital Happiness sendiri?

Rachmad Imron (I): Salah satu poin terpenting terbentuknya Digital Happiness adalah bertemunya saya dengan sutradara Jurig Escape Mas Vadi Vanadi yang mengusik impian kita yang sudah terkubur 10 tahun lalu. Hehehe.

Sebenarnya kami semua bercita-cita membuat game, beberapa dari kami sempat mengubur cita-cita tersebut setelah kandas pada tahun 2002 lalu. Saat itu dengan lugunya kami mencoba membuat engine 3D sendiri dan sampai akhirnya di-reject oleh publisher dan kehabisan uang :D. Setelah mencoba mengobati kecintaan kami terhadap game, kami berkarir di bidang animasi 3D, dan beberapa rekan tetap ke game casual dan games online sebagai outsourcing dari developer luar. Melihat ekosistem saat ini sudah tidak sekeras 10 tahun lalu, disitulah kami pelan-pelan berkolaborasi kembali dan terbentuklah Digital Happiness dan DreadOut sebagai IP Game kita

Kedua karena kami terus terang capek mas jadi konsumen terus. Jeans saya aja Levis meskipun buatan Tangerang. Hehehe. Ada banyak cara untuk menyampaikan apresiasi kecintaan kami terhadap bangsa ini. Salah satunya adalah menunjukkan keunikan kekayaan dari hantu-hantu kita yang merupakan perwujudan dari keragaman kebudayaan. Ada puluhan ratusan hantu seperti Sumatera dan Jawa ada Kuntilanak, Pontianak yang sampai dijadikan nama kota, Matianak di Jawa, Rangda di Bali, Jin Tomang di Betawi dan sebagainya melalui apa yang kami sanggup lakukan dan cintai yaitu dengan games.

Digital Happiness: DreadOut dan Usaha Menembus Ketatnya Persaingan Steam Greenlight Tim pengembang DreadOut.[/caption]

D: Tentang DreadOut-nya sendiri, apa memang terinspirasi dari Fatal Frame mengingat gameplay-nya yang hampir mirip?

I: Ya betul! Kita sangat terinspirasi oleh Fatal Frame, kind of love letter from us to Fatal Frame developer, dan genre survival horror pada umumnya. Meskipun core gameplay-nya menggunakan kamera sebagai alat defensif Linda, kita tidak mentah-mentah rip-off gameplay Fatal Frame. Sebenernya banyak games yang menginspirasi dan memperkaya DreadOut, seperti Dark Souls (PS3), Demon Souls (PS3), Castlevania (all series), Clock Tower (Snes-Ps2), Silent Hill (PSX), Siren (PS3), dan Haunting Ground (PS2).

D: Tahapan apa saja ya yang dilalui DreadOut dalam Steam Greenlight sebelum nanti game-nya bisa dirilis di Steam?

I: Steam Greenlight terdiri dari beberapa gelombang yang disebut dengan Batch. Batch ketiga sudah diumumkan pada tanggal 15 Januari lalu. Untuk tahapannya sebenarnya agak “blur” juga dari Steam

  1. Harus masuk Top 100 (untuk dilihat oleh valve)
  2. Top 50
  3. Top 20 (disini pasti digreenlit namun entah pada batch keberapa)
  4. Greenlit, Valve akan kontak developer untuk membicarakan NDA, pricing dan release schedule dari developer (tidak ada ikatan dari  Valve)
  5. Masuk store deh :)

Tapi overall tetap ada pertimbangan internal dari Steam untuk meng-Greenlit game-game yang masuk (handpicked by Steam based on genre, speed votes terhadap game-nya, dan sebagainya. Tapi yang jelas dipilih ya yang top 100).

Digital Happiness: DreadOut dan Usaha Menembus Ketatnya Persaingan Steam Greenlight Concept art dari Matianak, salah satu hantu yang akan kamu temui di dalam game[/caption]

D: Sekarang DreadOut sendiri sudah sampai di tahap yang mana?

I: Sampai pertengahan Januari lalu, Alhamdulillah udah masuk Top 100 dalam waktu kurang dari 14 hari semenjak pertama kali muncul di Steam Greenlight. Terima kasih atas dukungan dan juga Voting yang sudah diberikan. :)

Untuk produksi semoga dalam waktu dekat akan kita announce demonya terlebih dulu yang bisa di-download bebas dan Episode 1 DreadOut bisa rilis paling lambat akhir Maret 2013.

D: Oh iya, untuk menentukan Top 100, Top 50 dan seterusnya itu apakah murni dari voting terbanyak?

I: Iya, murni dari votes active Steam user. Sayangnya memang harus minimal beli game di Valve Store agar bisa votes game yang di Greenlight. Namun memang nampaknya itu tujuannya agar dapat melihat real potential buyer untuk game-game yang di-Greenlit nantinya dan dapat kesempatan di-distribute oleh portal games terbesar saat ini.

Digital Happiness: DreadOut dan Usaha Menembus Ketatnya Persaingan Steam Greenlight Salah satu concept art lingkungan dalam DreadOut[/caption]

D: Selain DreadOut, apakah ada game lain yang tengah dikembangkan, atau yang menurut rencana akan dikembangkan?

I: Tahun ini kami memang masih fokus ke DreadOut, salah satu side project kami mencoba riset dan mengembangkan "DreadEye", sebuah perceptual computing gaming bekerja sama dengan salah satu vendor prosesor, yang saat ini saya belum bisa kemukakan detailnya. Yang jelas konsepnya adalah "poltergeist simulator", dimana kita bermain sebagai hantu yang bertugas mengusir tamu tak diundang. :D

D: Terima Kasih untuk waktunya. Sukses selalu untuk DreadOut dan Digital Happiness!

I: Terima kasih juga!

Artikel terkait

ARTIKEL TERBARU