Bicara Mengenai Game Developer, Bicara Tentang Kompetensi

Kali ini kita akan membahas masalah kompetensi dari game developer yang juga merupakan faktor penting dalam sebuah proses game developing.

Bicara Mengenai Game Developer, Bicara Tentang Kompetensi

Bicara Mengenai Game Developer, Bicara Tentang Kompetensi

Setelah berbicara mengenai hati, kali ini kita akan membahas masalah kompetensi dari game developer.

[read_more link="http://www.duniaku.net/2015/06/11/bicara-mengenai-game-developer-bicara-tentang-hati/" title="Bicara Mengenai Game Developer, Bicara Tentang Hati"]

Kita bertemu lagi dalam artikel mengenai Game Developing, dimana terakhir kali kita membahas mengenai peran hati dalam eksistensi sesorang dalam tim game developer. Konsistensi, komitmen dan kepercayaan yang dibutuhkan untuk menjadi perekat untuk mewujudkan mesin yang bekerja tanpa cela.

Tapi seperti yang sudah kita bahas pada artikel sebelumnya, kita akan melangkah pada langkah berikutnya yang tidak kalah pentingnya, yaitu kompetensi.

Nah lho, kenapa tiba tiba penulis loncat ke masalah berat? Inilah yang menjadi perhatian, banyak orang menganggap masalah kompetensi adalah masalah kecil. Ada pernyataan: “Jika ada kemauan ada jalan, tidak perlu begini, begitu, bla bla bla.”

Game developing seperti juga bisnis lain dan industri lain, memiliki kebutuhan Sumber Daya Manusia yang sebenarnya cukup penting untuk diperhatikan.

Lho kenapa tiba-tiba loncat ke dalam ranah SDM atau Human Resources? Coba kita jabarkan dulu kompetensi itu apa: Kompetensi adalah kemampuan menyelesaikan tugas atau melakukan sesuatu dengan efisien dan sukses menyelesaikannya.

Karena kebanyakan dari kita sebagai startup game developer memulai usaha dari nol, kita sering melewatkan peranan manajemen sumber daya manusia untuk menentukan penempatan, rekruitmen, pengembangan atau bahkan apresiasi terhadap anggota tim jika ada prestasi. Sebagai contoh seberapa banyak dari kita pernah tahu kompetensi programmer/artist 2D kita serta meluangkan waktu untuk bertanya tentang perkembangan engine game IP kebanggaan kita?

Ini hal remeh kan? Tapi coba anda lakukan dengan kesadaran penuh bahwa tim anda kompeten dan memang jago pada bidang masing-masing. Jika anda tidak pernah bertanya dan hanya berpegang pada timeline semata, bisa jadi timbul masalah, karena kepercayaan buta saja tidak cukup.

Bahkan programmer paling jago pun bisa mengalami “bad day” dimana semua mentok dan tidak bisa melanjutkan untuk mencari solusi, disinilah peran manajemen dengan kompetensinya sebagai manajer tentunya untuk mengembalikan kompetensi programmer tersebut ke titik maksimal dengan cara yang sesuai keadaan.

Sama saja dengan Art. Artist 2D, apalagi 3D dan juga technical artist bisa mengalami art block,  yang bisa jadi membuat mood mereka berantakan karena sesuatu dan lain hal.

Bicara Mengenai Game Developer, Bicara Tentang Kompetensi

Jadi ketika kompetensi masing-masing anggota tim terjaga dan bisa melakukan aktivitas dengan baik, maka tidak ada lagi yang namanya saling menyalahkan. Ngambek itu wajar dalam tim, itu bagian dari proses pendewasaan teamwork untuk mencapai kesuksesan yang lebih tinggi. Setiap orang dalam tim punya peranan dan kompetensi yang harus dijaga oleh masing-masing orang itu sendiri.

Bicara Mengenai Game Developer, Bicara Tentang Kompetensi

Dari beberapa diskusi dengan kawan-kawan yang menjalan bisnis serupa dan baru memulai atau sudah berjalan beberapa waktu, masalah resources atau sumber daya manusia selalu jadi masalah rutin yang dikeluhkan.

Programmer ngambek?

Art mogok?

Komitmen awal kita dahulu bagaimana? Harus mengacu pada komitmen bersama pada waktu membentuk tim, apakah bersifat paid job, hobby team, freelance, project based, atau yang lain?

Kita selalu gampang membawa masalah konsistensi dengan timeline ke ranah kompetensi dengan alibi: programmer-nya ga kompeten nih ga selesai on time. Art-nya kok moody sih kacau nih! Dan masih banyak lagi yang penulis pun sering lakukan dulu.

Bicara Mengenai Game Developer, Bicara Tentang Kompetensi

Hal ini terjadi karena kita tidak memiliki pengetahuan yang cukup terhadap standar yang akan kita terapkan ketika membentuk tim game developer yang kita inginkan. Semua harus ada tolak ukur baku berdasarkan tujuan yang hendak kita capai. Okelah kita ga usah muluk-muluk dengan struktur yang kompleks.

1 programmer core, 1 programmer back end, 1 concept artist merangkap design, 1 2D Artist, 1 orang yang fokus pada Business Development dan Marketing, dan 1 project manager adalah satu awal yang ideal. Kenapa penulis bilang ideal? Karena tidak semua bisa berjalan sesuai rencana.

Tetapi dari sudut kompetensi, efisiensi pekerjaan akan lebih bagus jika setiap posisi hanya dikerjakan oleh satu orang, tidak ada tumpang tindih pekerjaan. Enam orang adalah team yang solid untuk memulai sebuah impian kecil, jadi kalau anda merasa tim 2-3 orang sudah cukup, anda tidak salah. Tapi cukup disadari bahwa pekerjaan developing game dan producing serta building business model-nya tidak bisa dikerjakan dalam satu waktu dengan orang yang sama tanpa mengorbankan waktu dari salah satu proses tersebut.

Nah sekarang pilihan ada ditangan, memulai sesuatu dengan berasa berat, karena anggota team berasa gemuk, tetapi sesuai dengan kompetensi masing-masing dengan timeline yang sudah disepakati bersama. Atau 3 orang Superman yang berusaha mewujudkan mimpi membuat sebuah IP game yang keren dan menaklukkan dunia?

Anda suka tantangan? Ada dua cara menempuhkan, pergunakan alat yang tepat, atau uji nyali tentunya dengan pertimbangan bahwa anda memiliki tenaga dan kemampuan yang memadai untuk bekerja ekstra keras dan dua kali lebih keras daripada tim yang menggunakan sumber daya secara bijak.

Artikel terkait

ARTIKEL TERBARU