Review Deadpool - Kocak, Menghibur, dan Brutal

Film Deadpool sudah dirilis! Apakah akhirnya film ini mengecewakan? Ataukah ini justru menjadi salah satu adaptasi superhero terbaik yang pernah ada?

Review Deadpool - Kocak, Menghibur, dan Brutal

Review Deadpool - Kocak, Menghibur, dan Brutal

Setelah lama ditunggu-tunggu, akhirnya film Deadpool bisa dinikmati juga oleh fans di Indonesia. Bagaimana kualitasnya? Apakah film ini mengecewakan, seperti beberapa film 20th Century Fox yang bukan X-Men? Ataukah film ini justru dapat memuaskan fans? Baca saja review Deadpool di bawah ini.

[read_more id="240240"]

Ingin tahu dulu sinopsisnya sebelum membaca review Deadpool? [outbound_link text="Wade Wilson" link="http://marvel.com/universe/Deadpool_%28Wade_Wilson%29"] adalah mantan tentara bayaran yang sukses menemukan cinta dengan seorang gadis bernama Vanessa. Namun saat ia menyadari dirinya terjangkit kanker parah, dia pun menyadari waktunya bersama kekasihnya semakin menipis. Keputusasaan ini membuat ia setuju menjadi kelinci percobaan untuk sebuah eksperimen rahasia. Namun percobaan ini justru akan membawanya ke jalan hidup yang tidak ia duga-duga...

Jujur, penulis sempat ragu terhadap kualitas film Deadpool. Alasannya adalah studio yang terlibat di balik proses distribusinya, yakni 20th Century Fox. Studio yang satu ini seakan kesulitan menggarap properti selain X-Men dengan baik. Sebelumnya mereka sudah menyia-nyiakan lisensi Marvel untuk membuat adaptasi buruk dari Ghost Rider serta Daredevil. Di luar itu, mereka menyajikan "horor" berupa Dragon Ball Evolution...

Review Deadpool - Kocak, Menghibur, dan Brutal

Bahkan untuk properti spin off X-Men saja mereka menyajikan tontonan berkualitas rendah lewat X-Men Origins: Wolverine. Bahkan Deadpool pun sebenarnya debut, dan kemudian dikacaukan, di film itu.

Review Deadpool - Kocak, Menghibur, dan Brutal

Trailer Deadpool berhasil menenangkan fans, dengan menyajikan karakter sejati tokoh berjulukan Merc with a Mouth ini. Bukan lagi makhluk dengan mulut dijahit dari X-Men Origins, dia kini mengenakan kostum merahnya yang ikonik dan menyajikan humornya yang kocak. Tapi masih ada keraguan: bagaimana kalau tangan-tangan di balik produksi Deadpool membuat film ini sepenuhnya menjadi komedi slapstick tanpa muatan, seperti film-film Wayans Bersaudara?

Untungnya itu tidak terjadi. Deadpool adalah adaptasi yang nyaris sempurna untuk kisah origin dari anti-hero yang satu ini.

Review Deadpool - Kocak, Menghibur, dan Brutal

Deadpool adalah karakter yang lucu. Itu tidak bisa dipungkiri. Kamu hanya tinggal melihat penampilannya di Marvel Vs Capcom atau di video game-nya untuk melihat tingkah polah eksentrik prajurit bayaran sinting ini. Namun kisah-kisah Deadpool terbaik di komik adalah saat sifat komedinya ini berbenturan dengan kenyataan bahwa di balik itu ia adalah seorang pria menyedihkan dengan sejumlah masalah. Lelucon-leluconnya adalah salah satu mekanisme perlindungan dari kenyataan itu.

Walau komedi mendominasi film ini, penonton juga diperlihatkan dengan baik tragedi Wade Wilson. Tidak sampai seberbobot dan seemosional di komik, namun sudah sangat bagus untuk bagian dari sebuah film layar lebar. Kualitas drama tak terduga ini cukup memberi muatan ekstra untuk keseluruhan film.

Review Deadpool - Kocak, Menghibur, dan Brutal

Sedangkan untuk komedi... tidak diragukan lagi, komedi memang adalah kekuatan utama dari film ini. Kamu sudah bisa melihat dari trailernya. Tapi filmnya berhasil menyajikan komedi-komedi kocak tanpa menjadi kelewatan, atau maksa. Hanya saja ada beberapa lelucon yang baru akan terasa lucunya kalau kamu paham soal universe X-Men versi film, juga karir Ryan Reynolds sejauh ini. Jadi tidak ada salahnya kalau kamu baca-baca dulu Wikipedia Ryan Reynolds sebelum menonton. Antara itu, atau ingat-ingat saja dia pernah membintangi film Green Lantern yang sampah.

Namun, tentunya review Deadpool ini tidak hanya akan membahas keunggulan filmnya saja. Sejak awal, Ajax dan Angel Dust - duo antagonis utama film ini - tidak diperlihatkan maupun dibangun untuk mengancam. Konflik akhir film ini pun bisa terasa standar, dan terkesan tiba-tiba saja selesai. Memang konflik film ini terkesan pribadi, bukan konflik epik untuk menyelamatkan dunia. Namun konflik pribadi pun bisa disajikan epik bila dihadapkan dengan antagonis yang mengancam. Lihat saja Jessica Jones.

Ajax di komik adalah musuh yang sangat berat bagi Deadpool, hingga dia harus menggunakan cara kreatif dalam konfrontasi akhir mereka. Sayang dia di film ini kurang menonjol.

Review Deadpool - Kocak, Menghibur, dan Brutal

Untuk penutup review Deadpool ini, tolong diingat: film ini bukan untuk anak-anak. Lembaga Sensor Indonesia sudah mengurangi kesadisan di beberapa adegan, dan sepertinya memotong sex montage antara Wade dan Vanessa, namun film ini tetap menyajikan kekerasan, banyak kata-kata kotor, innuendo, hingga fan service. Kalau kamu adalah orang tua, dan tadinya kamu berencana untuk menjadikan Deadpool sebagai film tontonan keluarga, ini saran penulis: jangan. Cari alternatif lain. Jadilah orang tua yang baik, bukan orang tua yang menulis protes panjang di Facebook setelah dengan sadar mengajak anaknya menonton film dewasa.

[youtube_embed id="9vN6DHB6bJc"]

Artikel terkait

ARTIKEL TERBARU