Review Ahu Parmalim: Dokumenter Keseharian Pemuda Beragama Asli Batak

Dokumenter 24 menit yang bisa kamu tonton dalam artikel ini bercerita tentang kehidupan sehari-hari pemuda yang agamanya pernah dianggap sesat dan sipelebegu (penyembah setan/hantu).

Review Ahu Parmalim: Dokumenter Keseharian Pemuda Beragama Asli Batak Carles Butar-butar di komplek Bale Pasogit Partonggoan. Sumber: Kampung Halaman[/caption]

Film dokumenter berjudul Ahu Parmalim ini mengajak penonton untuk mengikuti keseharian pemuda yang agamanya pernah sering dituduh menyembah setan.

Toleransi adalah sebuah sikap, sikap untuk menghormati dan menghargai keberagaman. Keberagaman ini bisa berupa suku, agama, hingga selera. Enggak ada manusia di seluruh dunia ini yang plek sama dari lahir.

[duniaku_baca_juga]

Toleransi adalah “kata” atau konsep besar yang sebenarnya sederhana, tetapi belakangan jadi terlihat rumit untuk dicerna. Apalagi, sejumlah kelompok mengartikan “toleransi” menurut keinginannya sendiri-sendiri.

Jadi atas dasar tersebut, Yayasan Kampung Halaman dan Yayasan Tifa membuat sebuah film dokumenter tentang penganut agama Malim, agama leluhur orang Batak. Durasinya pendek saja, hanya 24 menit. Filmnya dapat kamu tonton di penghujung artikel ini.

Sinopsis

Ahu Parmalim adalah bahasa Batak diterjemahkan menjadi Aku Orang Malim. Carles Butar-butar adalah pemuda 17 tahun kelas 2 SMK di Balige, kota pesisir Danau Toba, kira-kira 6 jam dari Medan.

Dokumenter ini mengisahkan kehidupan sehari-hari Carles bersama keluarganya yang sederhana. Setiap hari Minggu ia membantu ibunya berladang di sawah sewaan. Setiap hari kecuali Sabtu, ia mengisi hari-harinya dengan sekolah dan sejumlah ekstrakurikuler.

Sambil berpegang pada ajaran agama yang ia imani, himpitan ekonomi keluarga tak menghentikannya menggapai cita-citanya menjadi polisi.

Sekilas tentang Malim

Review Ahu Parmalim: Dokumenter Keseharian Pemuda Beragama Asli Batak Sumber: Kampung Halaman[/caption]

Parmalim adalah sebutan untuk penganut Malim. Agama ini adalah agama asli orang Batak. Parmalim punya kisahnya sendiri tentang Tuhan, Adam-Hawa, dan lain-lain. Tuhan bagi Parmalim adalah Debata Mulajadi Nabolon dan pahlawan Sisimangaraja XII adalah salah satu orang sucinya.

Agama Malim diyakini sudah dianut oleh bangsa Batak sejak 3000 tahun yang lalu. Namun, sampai pada awal abad ke-20 agama ini belum dilembagakan. Jadi, pada kurun waktu ribuan tahun tersebut, Malim dipercaya orang Batak sebagai penunjuk jalan mereka.

[read_more id="347353"]

Parmalim ini punya larangan untuk tidak makan babi, anjing, dan darah. Selain itu mereka juga beribadah menggunakan sarung dan tali-tali (semacam sorban) untuk pria dan ulos untuk wanita.

Hingga saat ini, ada sekitar 5.555 penganut Malim yang tersebar di seluruh Indonesia. Dalam perjalanan, mereka pernah sering disebut sebagai sipelebegu (penyembah hantu/setan) oleh masyarakat sekitar. Beberapa orang konservatif pun masih menilai Malim ini adalah ajaran sesat.


Ahu Parmalim berhasil memotret cerita yang relatable dengan kita semua. Simak selanjutnya di halaman sebelah.

Carles adalah Kita Semua

Review Ahu Parmalim: Dokumenter Keseharian Pemuda Beragama Asli Batak Sumber: Kampung Halaman[/caption]

Seperti yang saya bilang pada pembuka artikel, toleransi adalah konsep yang besar, apalagi pada masa sekarang di mana diskriminasi sedang panas-panasnya. Ahu Parmalim berusaha untuk mengkampanyekan pesan toleransi tersebut lewat film dokumenter.

Film dokumenter ini tidak buru-buru menjelaskan secara menggurui tentang apa itu makna toleransi, terutama yang ada kaitannya dengan kehidupan masyarakat Parmalim. Ia juga tidak terlalu ambisius dengan memilih kontroversi yang meledak-ledak.

Sutradara Cicilia Maharani Tunggadewi memilih untuk memotret kehidupan sehari-hari seorang pemuda Parmalim bernama Carles tadi. Bagai mengambil sepotong kue besar. Hampir tidak ada diskriminasi yang dialami Carles, paling hanya satu cerita yang ia dengar tentang anak sekolah di tempat lain yang masih terpaksa belajar agama Kristen, tidak diizinkan belajar Malim.

Review Ahu Parmalim: Dokumenter Keseharian Pemuda Beragama Asli Batak Sumber: Kampung Halaman[/caption]

Potongan hidup Carles yang diambil adalah upayanya menggapai cita-cita menjadi polisi. Keluarganya menilai profesi polisi sebagai “cita-citanya pun tinggi sekali”. Selain itu, menjadi polisi juga “mahal” karena butuh “duit” dan keluarganya tak mampu untuk itu. Saudara Carles pun menganggap polisi adalah pekerjaan yang membanggakan. Beginilah potret polisi menurut masyarakat seperti keluarga Carles.

Namun, memotret sekelumit kisah sebagai representasi kisah pemuda Parmalim lainnya ini datang dengan dua sisi. Selain berhasil membuat cerita yang relatable dengan durasi pendek, ia ternyata terasa kurang komprehensif. Komprehensif maksudnya, Au Parmalim tidak memberi ruang untuk menceritakan sedikit saja kisah para Parmalim lainnya.

[read_more id="347004"]

Itu sebuah pilihan dua sisi mata uang yang harus diambil oleh sutradara Cicilia.

Baiknya, dengan pilihan hanya memotret sepotong kisah Carles ini membuat kita merasa terhubung dengan kehidupan pemuda SMK jurusan Teknik Mesin tersebut. Siapa sih pemuda Indonesia yang tidak punya cita-cita dan juga berusaha untuk mewujudkannya?

Misal Carles yang ikut ekstrakurikuler bela diri dan giat belajar supaya bisa lolos tes Akpol. Ia juga rajin berdoa, tidak pernah bolos setiap Sabtu, dan mengamali patik (perintah Tuhan). Bukankah hampir semua dari kita juga melakukan itu ketika SMA?

Keterhubungan antara kita dan Carles inilah yang memicu hubungan emosional. Dengan pesan sederhana Ahu Parmalim, kita bisa melihat ternyata Carles yang agamanya pernah dianggap sipelebegu dan mistik ini hidup sama seperti kita semua.

Carles juga manusia. Carles juga punya mimpi. Sama seperti kita semua.

Film Ahu Parmalim dapat kamu tonton di bawah ini.


Artikel terkait

ARTIKEL TERBARU