Bicara Mengenai Game Developer, Bicara Tentang Hati

Kadang kita melupakan faktor terpenting dalam pengerjaan sebuah game. Apa itu? Sumber daya manusianya alias sang game developer itu sendiri.

Bicara Mengenai Game Developer, Bicara Tentang Hati

Bicara mengenai game developer, bicara tentang hati. Sudah siapkah kamu menjadi seorang game developer?

Kita sering bicara mengenai teknis pembuatan game yang paling sederhana hingga paling rumit, dari skala kecil sampai skala AAA. Bahasa pemrograman apa yang digunakan, dan juga bagaimana proses produksi, hingga cara penjualan ketika sudah selesai. Tetapi kadang kita melupakan faktor terpenting dalam pengerjaan sebuah game. Apa itu? Sumber daya manusianya alias game developer itu sendiri.

Bicara sumber daya manusia tidak semata-mata bicara tentang kompetensi, pengalaman, portofolio, tingkat kejagoan dan banyak hal tetek bengek lain. Sisi psikologis juga perlu diperhatikan, sekali lagi disini penulis tidak akan curhat tentang gaji atau sisi psikologis diluar kita, tapi lebih ke diri kita sendiri sebagai pelaku industri.

  • Saya punya Ide!
  • Saya punya konsep yang keren abis!
  • Saya punya mekanik yang belum pernah ada!

Akrab dengan pernyataan seperti ini? Jangan buru-buru mencela orang yang menyatakan semacam ini, penulis jg pernah mengalaminya kok. Dari segi sumber daya, kita memiliki niat yang besar, tapi bisa jadi belum memiliki sumber daya (termasuk keahlian) yang tepat. Jangan khawatir! Ada yang namanya tim dan kerjasama kolaborasi.

Apakah hal ini sudah menyelesaikan masalah?

Tentu tidak, masalah yang timbul kemudian adalah ego dari kita sendiri selaku empunya ide, dan benturan ego dengan pihak lain yang ikut berkompetensi melahirkan produk game idaman kita ini.  Nah Masalah psikologis semacam ini sudah bukan isu baru lagi, banyak dari kita pasti pernah, atau bahkan masih mengalami hal semacam ini yang akhirnya menyebabkan kita seperti harus selalu memiliki mata di punggung karena takut ide kita dicurilah, takut kita ditinggalkan anggota team sebelum proyek selesai, atau bahkan merasa insecure terhadap rekan satu team karena sesuatu dan lain hal.

Bicara Mengenai Game Developer, Bicara Tentang Hati

Lantas apa hubungannya dengan [outbound_link text="game development" link="http://en.wikipedia.org/wiki/Game_development"] itu sendiri?

Tentu besar sekali, karena seahli apapun tim kita kalau kondisi psikologis dan trust-nya rendah, tidak akan pernah menghasilkan sesuatu yang maksimal. Banyak orang mengedepankan isu kepercayaan sebagai sumber kehancuran beberapa studio indie ataupun studio besar lain sepanjang sejarah game developing dunia. Tetapi intinya sebenarnya bukan itu. Kepercayaan yang besar tanpa adanya perhitungan matang bisa menyebabkan satu tim tewas berbarengan karena salah perhitungan tanpa ada satu orang yang waspada dan melihat kekurangan dalam karya ataupun konsep bisnis mereka.

Apakah penulis mengajarkan untuk parno? Tidak juga. Kita sudah banyak melihat bagaimana motivator dalam dunia game hanya melihat sisi positif dari game developing untuk mengajak masyarakat melihat bahwa industri game itu memiliki prospek yang cerah tanpa memberikan sisi mata uang yang lain, seperti resiko tinggi, tingkat stress yang tinggi, untuk imbalan hasil yang menakjubkan itu.

Bicara Mengenai Game Developer, Bicara Tentang Hati

Good Brand, Great Ideas, Great Coder, Great Artists, Great Sound Engineer, great teamwork, sound great right? Sampai ada masalah insecurity menerjang. Bagaimana menemukan solusinya?

[read_more link="http://www.duniaku.net/2015/05/13/industri-game-developer-indonesia-cerah-atau-suram/" title="Industri Game Developer Indonesia. Cerah atau Suram?"]

Bicara dari hati ke hati adalah salah satu opsi paling umum saat ini. Bisa juga dibenturkan dengan kenyataan pahit terlebih dahulu jika memang tidak memungkinkan untuk bicara baik-baik, bahwa game kita ada kemungkinan tidak berhasil. Tapi kalau berhasil, hal itu akan sepadan dengan perdebatan dan insekuritas yang kita alami selama masa pengembangan yang melelahkan itu.

Perbandingan antara kualitas IP atau game yang sedang kita perjuangkan dan juga disiplin menjalankan timeline merupakan kunci untuk mengatasi insecurity ketika sedang dalam masa jenuh dalam team, bagaimana kita bisa mewujudkan kenyamanan bekerja dalam proyek impian kita, kalau disiplin untuk diri sendiri demi lancarnya pekerjaan kita di tim saja belum bisa.

Tidak terlepas dari itu tentunya adalah konsistensi dan komitmen kita sebagai anggota tim untuk produk kita sendiri, sebagian orang (termasuk penulis) sudah memiliki pekerjaan tetap yang tidak jauh dari IT tapi bukan di ranah game, sehingga meluangkan waktu untuk game developing merupakan sebuah tantangan yang menyegarkan. Agak berbeda tentunya dengan rekan-rekan yang memiliki waktu dan komitmen penuh terhadap game development yang bisa dikatakan hampir 100% (kecuali yang freelance tentunya :P).

Bicara Mengenai Game Developer, Bicara Tentang Hati

Tetapi inti dari tulisan ini tetap sama, untuk pelaku industri game baik yang total, hanya hobi, ataupun dengan cara lain, game development melibatkan 3 unsur penting dalam hidup kita: komitmen, konsistensi dan juga kepercayaan. Tanpa hal itu pasti kebanyakan dari kita sudah rontok duluan ketika menghadapi kejamnya brainstorming ide, alotnya debat tentang mekanik dan desain level yang akan digunakan, ngambek-ngambekan ketika ide dikesampingkan demi kepentingan bersama, belum lagi kondisi mood dan moral yang bisa jadi naik turun karena pergeseran timeline mengikuti kemauan idealisme, dan banyak lagi hal seru lain yang akan menguji ketangguhan team kita.

Artikel terkait

ARTIKEL TERBARU