Review Good Time: Penampilan Robert Pattinson yang Menggila!

Robert Pattinson membintangi thriller kriminal penuh adrenalin bertajuk Good Time ini. Seperti apa filmnya? Simak ulasannya di sini!

Review Good Time: Penampilan Robert Pattinson yang Menggila!

Good Time garapan Ben dan Josh Safdie bersaudara menyajikan sebuah tontonan dengan kisah yang sederhana namun penuh adrenalin, sinematografi yang indah, skor musik yang memanjakan telinga, dan penampilan gila Robert Pattinson yang sepertinya hanya perlu maju satu langkah lagi untuk bisa masuk ke dalam jajaran aktor terbaik di generasinya.

Di tengah hingar-bingar film-film blockbuster dan superhero waralaba yang tak henti-hentinya mendatangi layar lebar, selalu ada alternatif film-film skala kecil yang bisa menyajikan tontonan berkualitas dan terkadang menantang penonton lewat penyajian atau tema yang tidak biasa.

Drama kriminal Good Time yang dibintangi oleh Robert Pattinson adalah salah satu dari film-film yang bisa terjadi lewat dari radar anda. Film ini sempat "berkeliaran" di banyak festival-festival film internasional, salah satunya adalah Cannes Film Festival di mana film ini berhasil mendapatkan nominasi Palme d'Or dan memenangkan kategori musik skor terbaik.

Dengan mengandalkan nama besar Pattinson dan tanggapan dari mulut ke mulut yang baik, tentunya akan membuat banyak orang penasaran akan kualitas sebenarnya film ini. Karena itu, marilah kita simak ulasan yang bebas dari spoiler ini!

[read_more id="341865"]

Satu Malam yang Panjang

Constantine "Connie" Nikas (Robert Pattinson) memaksa Nick (Ben Safdie); adiknya sendiri yang mengidap gangguan jiwa untuk melakukan sebuah perampokan di bank demi mendapatkan uang sejumlah $65.000.

Perampokan yang berakhir menjadi bencana tersebut berakibat pada Nick ditangkap oleh pihak kepolisian dan berakhir di dalam dalam penjara, sementara Connie berhasil kabur meskipun ia harus kehilangan uang tersebut. Connie yang tidak tega melihat sang adik berada di balik jeruji besi harus mengejar waktu untuk berusaha membebaskannya.

Dimulailah sebuah usaha penyelamatan ceroboh oleh Connie yang melibatkan sebuah mobil yang dicuri, sebuah botol minuman keras seharga $15.000, serta rentetan kejar-kejaran dari polisi yang semuanya terjadi dalam kurun waktu satu malam.


Penasaran seperti apa kegilaan yang menunggu di filmya? Cek di halaman kedua!!


Good Time or Bad Time?

Review Good Time: Penampilan Robert Pattinson yang Menggila!

Sebaiknya jujur-jujuran saja dulu, saya tidak menikmati Good Time layaknya saya menikmati film-film thriller lain. Alih-alih memberikan tontonan yang seru dan menghibur, Good Time layaknya menonton sebuah mimpi buruk yang nyata, brutal, namun jujur dalam penuturannya. Dan itulah yang membuat film ini menjadi sangat-sangat menarik.

Layaknya Dunkirk garapan Christopher Nolan yang dirilis bulan Juli kemarin, film ini tidak menjual kisah yang kompleks atau emosional, namun mengutamakan pada "pengalaman" layaknya seperti anda naik wahana roller coaster, dari menit-menit awal penonton sudah "dilempar" ke dalam rentetan-rentetan adegan yang dijamin akan membuat anda gigit-gigit jari.

Good Time adalah salah satu contoh prima di mana kompleksitas naratif dan karakter dikesampingkan terlebih dahulu, demi memberi ruang bagi sutradara untuk "menyiksa" penonton dengan perasaan gelisah, panik, tegang, dan kesal yang tak akan berhenti hingga kredit penutup berjalan.

Alih-alih menonton Connie beraksi menuju kejayaan layaknya protagonis di film-film kriminal pada biasanya, Good Time perlahan-lahan menuntun sang tokoh utama menuju nasib naas lewat rentetan-rentetan kejadian yang tidak menyenangkan.

[read_more id="340810"]

Good Time memperlihatkan bagaimana hanya dalam kurun waktu yang luar biasa singkat, hidup banyak orang bisa terpengaruh secara drastis akibat pengambilan keputusan yang buruk, gegabah, dan salah kaprah oleh karakter Connie, diperankan dengan sangat luar biasa oleh Robert Pattinson.

Pasca Twilight Pattinson memang berusaha untuk menjauhi gemerlap Hollywood dengan bermain di film-film independen yang memiliki skala lebih kecil. Setelah The Rover dan Cosmopolis, Pattinson membuktikan bahwa dirinya bukan sekedar aktor "one hit wonder" belaka, namun sukses mendewasakan dirinya sebagai seorang aktor kawakan yang layak disejajarkan dengan yang terbaik di generasinya.

Seolah-olah menghidupkan kembali sosok Sonny Wortzik yang diperankan oleh Al Pacino di film Dog Day Afternoon (1975), Pattinson benar-benar sukses menggambarkan rasa takut dan gelisah seseorang yang berada di dalam kondisi yang amat terpojok. Hanya dengan tatapan mata dan gestur tubuh saja bisa membuat penonton merasakan kegelisahan yang dialaminya

Kendati pengetahuan penonton akan latar kisah sang karakter nyaris nol besar, penjiwaan total dari Pattinson untuk membuat penonton bisa bersimpati pada Connie benar-benar membuktikan bahwa ia merupakan aktor kawakan yang tidak hanya mengandalkan tampang saja.

Review Good Time: Penampilan Robert Pattinson yang Menggila!

Perjalanan Connie menembus New York di malam hari yang dingin dan mencekam, penuh dengan kepanikan, kegelisahan, dan perasan paranoid ditemani oleh sinematografi apik yang menambah kesan klaustrofobik nan mencekam di Good Time.

Dari teknik kamera bergoyang yang memberikan sensasi kejar-kejaran nyata, close-up shots yang intim, dibalut dengan visual yang kental dengan pencahayaan lampu neon seperti Drive (2011) dan The Neon Demon (2015), nuansa mencekam Good Time benar-benar tertangkap dengan sempurna di sini.

Dan tentu saja, semuanya tidak akan lengkap tanpa musik skor elektronika yang penuh adrenalin dan atmosferik dari Daniel Lopatin, atau biasa dikenal dengan nama panggungnya Oneohtrix Phoenix Never.

[duniaku_baca_juga]

Layaknya skor musik Tangerine Dream untuk Thief (1981) atau Cliff Martinez untuk Drive, skor gubahan Lopatin tidak hanya sekedar penggembira belaka, namun juga memiliki peran penting dalam meningkatkan tensi adegan dan menciptakan mood yang konsisten sepanjang film.

Entah ini berupa homage yang sengaja atau tidak, namun perpaduan antara skor musik yang kental dengan instrumen elektronika dan gaya visual mencolok yang sangat apik sedikit mengingatkan kepada film-film karya Michael Mann di tahun 80-an.

[read_more id="338224"]

Jatuh ke tangan yang salah, kisah tentang kriminal bodoh melakukan hal-hal bodoh mungkin bisa jatuh ke dalam genre komedi slapstick. Tapi di tangan Safdie bersaudara, Good Time berubah menjadi sebuah tontonan pemacu adrenalin yang luar biasa mencekam, muram, dan amat melelahkan secara emosional.

Good Time bukanlah sebuah thriller kriminal konvensional, namun juga bukan film yang eksperimental, dan tentu bukan film grindhouse yang mengeksploitasi kekerasan atau hal hal-hal tabu lainnya. Good Time hanyalah film dengan kisah yang sederhana dan bergerak sebagaimana dengan mestinya, yaitu dengan bujur arus atau straightforward.

Apa yang diceritakan dan disajikan di dalam film ini benar-benar apa adanya, tanpa ada citarasa ala Hollywood seperti sebut saja tokoh utama yang heroik dan serba bisa, koreografi adegan laga yang keren, atau tokoh-tokoh wanita yang memanjakan mata. Ini adalah sajian sinema yang murni tanpa ada elemen-elemen esktravagan di atas.

Review Good Time: Penampilan Robert Pattinson yang Menggila!

Tidak semua orang akan suka dengan pendekatan brutal dan jujur oleh Good Time, dan hanya akan bisa diterima oleh penonton yang ingin mencari tontonan yang berbeda dan lebih menantang ketimbang apa yang biasa disajikan oleh studio-studio besar lain lewat waralaba-waralaba blockbuster mereka.

Namun, apabila anda bertanya apakah mutu Good Time sesuai dengan judulnya? Atau hanya film yang akan memberi anda bad time? I'd say, yeah, it IS one hell of a Good Time. Pastikan saja anda menonton Good Time dengan pengeras suara yang bagus, karena skor musiknya adalah salah satu yang terbaik di tahun ini.

Diedit oleh Fachrul Razi

Artikel terkait

ARTIKEL TERBARU