The Spring 2011 Anime Preview

The Spring 2011 Anime Preview

The Spring 2011 Anime Preview

Bulan April telah tiba, yang berarti sekarang adalah musim semi di belahan bumi utara. Hal ini berarti satu hal bagi penggemar anime, ini waktunya gelombang anime baru mulai ditayangkan.Tentu, seperti semua hal, orang-orang akan mulai mengerubuti dan membicarakan tontonan-tontonan baru dari yang menarik, yang biasa saja, sampai yang jelek. Saya sebetulnya bukan orang yang demikian, karena tanpa tontonan baru pun, tontonan lama masih banyak yang bagus, dan juga lebih sering daripada tidak tontonan yang berpotensi di awal mulai kehilangan energi di tengah dan di akhir. Tapi tidak bisa dipungkiri bahwa hal yang baru selalu menarik kebanyakan orang. Oleh karena itulah sekarang saya mengambil tugas untuk memberikan impresi saya mengenai anime baru musim ini bagi pembaca. Perlu diingat, ini merupakan impresi yang hanya berdasarkan episode pertama. Saya juga pribadi menyarankan bagi orang yang punya sumber daya untuk menonton sendiri, karena hanya seseorang itu sendiri yang mengetahui tontonan apa yang dia sukai, namun mengingat tidak setiap orang demikian, mungkin tulisan saya ini akan membantu memperlihatkan yang mana saja yang perlu anda awasi dan ikuti. Tiger and Bunny  Di suatu masa, sebagian manusia mengalami manifestasi fenomena yang disebut NEXT yang membuat mereka memiliki kekuatan super. Sebagian orang memanfaatkannya untuk membela kebenaran dengan bantuan sponsor.Ya, anime ini bercerita tentang bagaimana sepak terjang superhero dalam dunia yang penuh komersialisasi dan konsumerisme. Aksi para superhero dibuatlah menjadi semacam reality show lengkap dengan sponsor, komersial, dan pernak-pernik.Tokoh utama di sini adalah salah satu superhero tersebut, Wild Tiger (nama asli: Kotetsu) yang masih menjunjung nilai-nilai klasik superhero. Tak heran, dia menjadi superhero yang paling kurang populer. Keadaan semakin buruk dengan munculnya superhero yang memiliki kekuatan yang sama persis dengannya, hanya lebih muda. Dia pun menemukan bahwa perusahaan sponsornya dibeli dan perusahaan barunya memerintahkannya untuk membentuk tim superhero pertama dengan tak lain orang muda tersebut.Ide dari anime ini adalah salah satu yang paling menarik dalam beberapa akhir ini. Didukung oleh studio Sunrise dengan sutradara Keiichi Satou yang telah sebelumnya telah mengerjakan anime tokusatsu ala Kamen Rider Karas, anime ini mampu langsung menarik penonton ke dunianya dalam 10 menit pertama adegan laga. Aspek lain yang menarik juga adalah bahwa anime ini meyorot dengan tepat berbagai jenis komersialisasi dari para superhero ini, dari reality show itu sendiri, merchandise seperti kartu, sampai lagu yang dinyanyikan oleh salah seorang superhero itu sendiri. Secara metafiksi bahkan terlihat bahwa logo-logo merk yang diiklankan para superhero ini juga berasal dari merk asli seperti Pepsi. Gabungan sensilibitas timur dan baratnya juga membuatnya memiliki aksesibilitas yang tinggi. Saya hanya berharap potensi ini tidak disia-siakan.

Rating:

Hana-saku no Iroha  Kata orang, jangan menilai buku dari penampilannya. Tapi bagi anime, saya bisa meyakinkan bahwa seseorang bisa menilai dengan tepat 95% sebuah anime hanya dengan melihat promo artnya dan sinopsisnya. Hana-saku no Iroha adalah salah satu dari 5% itu.Semula saya hanya menduganya sebagai sebuah anime slice-of-life biasa saja dengan melihat promo artnya yang dipenuhi cewek muda, namun mengejutkan betapa terasahnya tontonan yang saya temukan.Matsumae Ohana, seorang gadis 16 tahun, tidak bisa dibilang beruntung. Ibunya yang egois meninggalkannya tanpa piker panjang untuk kabur bersama kekasih barunya. Ohana kemudian dikirim ke neneknya di tengah kebingungan mendapat pengakuan dari teman kelas yang menyukainya. Sesampainya di rumah neneknya, Ohana setengah berharap dia akan diperlakukan sebagai putri, tapi justru dia menemukan bahwa dia harus bekerja sebagai pembantu. Dia pun mendapat sentimen dari sesama pembantu, dan ditampar tanpa ragu oleh neneknya setelah melakukan kesalahan akibat kenaifannya.Saya tidak yakin anda bisa teryakini oleh synopsis yang mirip sinetron itu, tapi biar saya sebut bahwa eksekusi yang luar biasa dapat membuat sebuah cerita yang terkesan generik menjadi menarik kembali.   Merupakan proyek ulang tahun ke-10 dari studio P.A. Works yang sebelumnya telah mengerjakan Angel Beats dengan arahan dari sutradara Masahior Ando veteran dari studio Bones, terlihat usaha yang dicurahkan ke anime ini. Animasi dari karakter terkesan halus dan mampu menunjukkan emosi dengan bagus, yang juga ditunjang dengan background art yang indah. Karakterisasi juga tidak berlebihan dengan Ohana yang tidak tenggelam dalam emosi dan tindakan orang di sekitar Ohana yang meski jahat namun bisa dimengerti. Meski bisa diargumen tetap tidak realistis, para karakter lebih terkesan sebagai orang daripada klise satu sifat, sesuatu yang sering dilakukan anime slice-of-life.Ditambah fakta bahwa ini merupakan proyek orisinil dan bukan hasil adaptasi, Hana-saku no Iroha berhasil menempatkan dirinya sebagai anime paling berptensi musim ini di samping Tiger and Bunny.

Rating: 

Nichijou  Nichijou adalah anime komedi slice-of-life berdasarkan manga 4-panel, seperti Azumanga Daioh dan Lucky Star. Nichijou secara harafiah bermakna Hari-hari yang biasa, tapi ini adalah salah satu kasus di mana judul merupakan hal yang bertolak belakang dengan isi.Biasanya anime komedi semacam ini saya sebut sebagai komedi yang malas dengan modus operandi yang sama yaitu karakter-karakter dengan satu tipe kepribadian bereaksi terhadap hal dalam kehidupan yang biasa saja. Hanya sedikit yang berhasil menarik saya. Azumanga Daioh berhasil dengan timing komedi yang luar biasa tepat dan sebagai pelopor, Lucky Star berhasil dengan menginjeksikan unsur otaku. Nichijou berhasil dengan menggabungkan realism dan absurdisme.Tanpa peringatan, Nichijou bakal mengejutkan dengan hal absurd yang tak terduga seperti sebuah kecelakaan kecil yang menghasilkan ledakan pengahncur kota, permainan Frisbee yang digabung dengan clay shooting, atau seorang siswa yang pulang sekolah dengan mengendarai kambing.Hal ini didukung oleh animasi yang luar biasa dari Kyoto Animation. Dipenuhi animasi yang halus dan pengarahan yang luar biasa, saya bisa mencontohkan hal seperti adegan usaha seorang karakter mencegah sosis jatuh bisa dibuat menjadi lebih menegangkan dibandingkan kebanyakan adegan aksi di anime shounen. Kadang saya menyayangkan kenapa Kyoto Animation menghabiskan talentanya di anime ringan seperti ini.Komedi merupakan sesuatu hal yang sangat subjektif, tapi pendekatan yang cukup unik dan segi teknis yang bagus membuat saya ragu apakah anime seperti ini bisa lebih bagus dari Nichijou

Rating: 

 

Steins;Gate  Adaptasi visual novel merupakan sebuah frase yang mengundang keskeptisan dari saya. Saya tidak memungkiri akan ptensi visual novel sebagai sebuah media itu sendiri, namun visual novel yang diadaptasi menjadi anime umumnya adalah tipe yang populer di otaku yaitu bishoujo game atau pilih-cewek-favoritmu. Hal itulah yang membuat saya tidak tertarik dengan Chaos;Head, prekuel dari Steins;Gate, karena bahkan dengan kegelapan yang berada di baliknya, tetap ada kesan sensibilitas dari bishoujo game.Untungnya, Steins;Gate tidak demikian. Hal ini bisa dijelaskan dari meski tetap ditujukan untuk otaku, Steins;Gate dibuat untuk platform konsol di mana hal pornografis terang-terangan tidak diperbolehkan, sehingga visual novel satu ini lebih fokus ke misteri dari cerita itu sendiri.Tokoh utama di sini adalah Okabe Rintaro, seseorang yang mengklaim dirinya sebagai ilmuwan edan yang melawan sebuah organisasi. Kesan awal menunjukkan dia hanyalah orang yang bereelusi karena bahkan anggota tim-nya pun menganggapnya dan temuannya sebagai omong kosong. Namun tanda-tanda seperti kejadian aneh di mana terjadi perbedaan kenyataan yang sepertinya disebabkan oleh lompatan waktu, menunjukkan adanya misteri yang nyata di balik kegilaan itu.Seperti setiap cerita misteri, sulit untuk mengatakan ke mana arah dari cerita ini apalagi sudah jelas bahwa episode ini hanya merupakan sebuah prolog. Tapi satu hal yang jelas, anime ini berhasil dalam mensetting atmosfer misterius dan gelap dengan palter kolor yang bisu, focus yang perlahan tapi tepat, dan suara background yang tepat. Dibuat oleh studio White Fox yang sebelumnya telah mengerjakan Katanagatari, keberhasilan ini bisa lebih diserhakan kepada Hiroshi Hamasaki, veteran dari Madhouse yang berbakat dalam hal atmosfer seperti ditunjukkan oleh karya sebelumnya Texhnolyze. Yang jelas, anime ini bukan anime yang pantas bagi yang mencari hiburan ringan.

Rating:

 

X-men  Kerja sama antara Marvel dan studio anime Madhouse telah menghasilkan 3 anime. Sayangnya dengan sepertinya keterbatasan budget, timing yang kurang tepat, dan pengerjaan yang kurang kompeten, Iron Man dan Wolverine menjadi anime biasa saja yang tidak begitu menarik.Proyek terakhir yang tersisa yaitu X-men ini untungnya, terlihat lebih menjanjikan.Saya rasa saya tidak perlu menjelaskan siapa X-men itu, mengingat ini adalah salah satu property Marvel yang paling terkenal. Karena itulah juga di sini cerita dimulai langsung ke pertarungan antara X-men dengan Jean Grey yang telah menjadi Dark Phoenix. Plot kemudian berputar ke aktivitas pemburu mutan di Jepang, mengikuti tren Iron Man dan Wolverine yang mengambil setting di Jepang.Beberapa hal yang membuat saya lebih optimis antara lain desain karakter yang tidak radikal. Di sini desain karakter lebih mengacu ke versi film X-men di mana Storm berambut pendek dan Wolverine terkesan gahar. Hal lain adalah X-men sepertinya memang lebih fleksibel, karena memiliki dasar cerita yang solid tidak seperti Iron Man. Adegan aksi di sini juga terlihat bakal lebih kompeten, mengingat yang menyutradarai adalah Fuminori Kizaki yang sebelumnya telah mengerjakan Afro Samurai di mana adegan aksi merupakan salah satu nilai jualnya.Meski ini merupakan hasil terbaik dari proyek kerjasama natara Marvel dan Madhouse, saya tetap tidak bisa merekomendasikan ini bagi mereka yang tidak begitu mengenal X-men. Minimal, anda perlu mengetahui cerita sampai mengenai Jean Grey dan Emma Frost.

Rating:

 

Sket Dance  Dalam satu segi, anime menunjukkan perubahan mentalitas yang terdapat dalam sebuah generasi. Shounen Jump dulu dipenuhi oleh manga penuh aksi. Namun sekarang melihat Bakuman, Beelzebub, Medaka Box tren sepertinya bergeser ke kehidupan remaja dengan bumbu eksentrik. Sket Dance adalah salah satunya juga.Merupakan adaptasi dari manga berjudul sama di Shounen Jump, Sket Dance tidak berhubungan dengan skate ataupun tarian. Sket Dance bercerita tentang kelompok Sket-dan, sebuah klub di sekolah yang bertujuan memecahkan masalah apapun di sekolah. Episode pertama mengambil sudut pandang dari Sugihara, seorang korban penindasan yang kemudian dibantu dan menjadi teman dari Sket-dan. Tentu, bukan Sugihara yang akan menjadi focus, namun Sket-dan itu sendiri yang diisi oleh tiga pribadi eksentrik, Bossun Fujisaki sang pemimpin yang selalu memakai topi dan goggles, Switch Usui sang otak yang hanya bisa berbicara lewat voice synthesizer dari laptopnya, dan Himeko Onizuka mantan yankee insaf yang masih mudah marah.Seperti kebanyakan seri Shounen Jump, Sket Dance dibuat untuk langsung menarik dari episode pertama dengan gabungan komedi dan drama. Keeksentrikan ketiga anggota Sket-dan juga menarik dan masalah pertama yang dihadapi ini terbukti diselesaikan dengan kompeten. Segi teknis juga solid meski tidak luar biasa. Pertanyaannya hanyalah apakah Sket Dance akan tetap menarik sampai akhir.

Rating: 

 

Dog Days  Ada dunia bernama Fronyald di mana terjadi perang antara Republik Bicscotti dan Kerajaan Galette. Ketika mendekati kekalahan, Putri Millhiore memutuskan untuk memanggil pahlawan dari dunia lain. Pahlawan yang dipanggil itu adalah Izumi Shinku, bocah SMP atletik dari Jepang.Kau tidak bisa menemukan premis cerita fantasi yang lebih generik daripada ini. Tapi biar saya katakan satu hal yang membuat anime ini cukup unik: aman untuk anak-anak. Karena anda akan melihat, perang di sini bukanlah perang sungguhan, hanya semacam permainan seperti Benteng Takeshi atau Ninja Warrior. Ditambah lagi, dunia Fronyald dipenuhi oleh orang-orang separuh kucing dan anjing. Lebih manis lagi, pukulan yang fatal di permainan ini membuat orang tersebut berubah menjadi bola bulu kecil. Saya rasa saya terkena diabetes setelah menonton anime ini. Mengesampingkan keunikan tersebut, banyak hal yang terlihat klise yang membosankan, seperti Shinku yang memiliki pribadi klise untuk karakter seperti itu, dan dengan cepat menyetujui dan beradaptasi dengan dunia barunya, putri yang perlu ditolong, binatang kendaraan yang seperti Chocobo Anime ini begitu generiknya sampai tidak membuat saya merasa tertarik ataupun benci, tapi rasa apatis.

Rating: 

 

A Channel  Kadang saya mempertanyakan seberapa bagus sebetulnya sesuatu yang membuat saya merasa ambivalen seperti Nichijou karena meskipun unik, tetap dalam batasan sebuah formula. Kemudian ketika saya menonton sesuatu yang benar-benar mengikuti formula secara lurus tanpa mencoba unik, saya menjadi lebih mengapresiasinya. Sesuatu itu di sini adalah anime ini, A-channel.Sangat mungkin keseluruhan dari anime ini hanya mengikuti paragraf ini: Anime ini mengikuti kehidupan sehari-hari 4 cewek SMA, Run yang naif, Tooru yang menyukai Run, Yuuko yang punya proporsi bagus, dan Nagi yang logis.Lebih dari separuh dari lelucon di anime ini adalah obsesi Tooru pada Run, jadi anda tidak usah melihat rating saya jika anda menyukai anime dengan desain karakternya yang mengikuti estetika moe dengan petunjuk-petunjuk adanya elemen yuri. Mempertimbangkan sebuah manga sejenis bernama Rakka Ryusui cukup populer di kalangan otaku Indonesia, anda yang demikian tahu apa yang anda sukai.

Rating: 

 

Sengoku Otome Momoiro Paradox  Jadi, ada seorang cewek SMA pemalas bernama Hideyoshi yang terlempar ke Jepang zaman perang Tunggu, di mana saya pernah mendengar itu OK, jadi di Jepang zaman dulu dia bertemu dengan Oda Nobunaga dan Akechi Mitsuhide yang kejutan, berwujud wanita dengan pakaian minim dan kekuatan supernatural. Kemudian tanpa alasan yang jelas, Hideyoshi yang dengan keidiotannya masih belum mengerti kondisinya begitu saja dipercaya oleh Nobunaga mencari baju besi legenda.Perlukah saya katakan seberapa generik anime ini? Jika ada satu hal yang membuat saya lega, di luar adegan ending theme, hal paling ofensif di anime ini hanyalah pakaian karakternya yang minim (tak ada fanservice berlebihan).

Rating: 

 

Oretachi wa Tsubasa wa Nai  Biar saya beri tahu satu hal: Sempat ada kompetisi sebelum anime ini ditayangkan untuk desain celan dalam karakternya. Itu sudah memberi tahu semua yang perlu anda tahu tentang anime ini untuk menilai apakah mau menontonnya atau tidak.Perlu informasi lebih lanjut? Anime ini merupakan adaptasi dari visual novel buatan Navel dengan desain karakter dari Nishimata Aoi. Sama seperti Shuffle yang sampai sekarang saya masih heran tentang kepopulerannya.Bagaimana dengan hasil adaptasi anime ini? Episode pertama ini berganti-ganti sudut pandang antar karakter tanpa alasan yang jelas, sehingga membuat saya lebih pusing daripada saat menonton Steins;Gate, kemudian karakter-karakter ceweknya berlaku seperti berasal dari game hentai (obsesi terhadap satu pria), dam fanservice, fanservice, FANSERVICE (parahnya, banhkan bagi yang mencarinya, fanservicenya masih disensor). Anime ini adalah anime yang mengingatkan saya aspek yang saya benci dari anime.

Rating: 

Artikel terkait

ARTIKEL TERBARU