Pak Raden, Bapak Si Unyil yang Berkumis Tebal, Riwayatmu Kini…

Siapa yang tidak kenal dengan Pak Raden? Berkumis tebal, mengenakan blangkon dan beskap, pria bernama asli Drs. Suyadi itu dikenal sebagai bapaknya Unyil, tokoh boneka yang muncul sebagai ikon film untuk anak-anak di tahun 1980-an. Tapi dikabarkan bahwa selama puluhan tahun ini Pak Raden belum mendapatkan hak royalti dari Unyil! Bagaimana bisa?

Pak Raden, Bapak Si Unyil yang Berkumis Tebal, Riwayatmu Kini…

Pak Raden, Bapak Si Unyil yang Berkumis Tebal, Riwayatmu Kini…

Setelah puluhan tahun terkenal dengan karya boneka si Unyil, hingga saat ini, Drs Suyadi, atau Pak Raden, belum menikmati sepeser pun royalti boneka itu. Pak Raden kini berusaha memperoleh hak cipta si Unyil dari Perum Produksi Film Negara (PPFN).

“Saya kehilangan hak apa pun untuk menggunakan Unyil kalau tidak izin PFN,” ujar Pak Raden, Ahad, 11 Maret 2012. “Karena semua itu sudah milik PPFN, menurut PPFN. Nah, inilah yang akan saya perjuangkan.”

Sejatinya, Si Unyil pertama kali diproduksi PFN pada 1979. Si Unyil merupakan ide dari Direktur PFN saat itu, G. Dwipayana. Untuk membuat film Si Unyil, G Dwipayana menggandeng Pak Raden dan Kurnain Suhardiman. Pak Raden yang membuat bonekanya, sementara Kurnain menulis naskah Si Unyil. Saat itu, status Pak Raden dan Kurnain bukan sebagai pegawai PPFN.

Pada Desember 1995, Pak Raden menandatangani perjanjian dengan PPFN. Isinya, menyerahkan kepada PPFN untuk mengurus hak cipta atas boneka Unyil. Perjanjian itu berlaku selama lima tahun sejak ditandatangani. Menurut Pak Raden, beberapa hari kemudian, perjanjian serupa muncul dengan tanggal yang sama: 14 Desember 1995. Bedanya, perjanjian baru itu tidak mencantumkan masa berlakunya.

Kemudian pada 23 Desember 1998, Pak Raden menandatangani surat penyerahan hak cipta atas 11 lukisan boneka, termasuk si Unyil, Pak Raden, Pak Ogah, dan lain-lain. Pada 15 Januari 1999, PFN mendapat surat penerimaan permohonan pendaftaran hak cipta dari Direktorat Jenderal Hak Cipta Paten dan Merek Departemen Kehakiman atas 11 tokoh itu.

Ketika ditanya upaya Pak Raden memperoleh hak cipta si Unyil, Manajer Administrasi Umum PPFN E.M. Rasyid berkata, “Dulu kan yang membiayai proses produksi awal Unyil itu adalah PFN. Segala macam penelitian segala macam itu dibiayai oleh PFN. Yang jelas, ada peraturan dan undang-undang itu yang mengatakan bahwa apabila dilakukan penelitian segala macam... jadi yang mempunyai hak royalti adalah orang yang membiayainya.”

Pak Raden, Bapak Si Unyil yang Berkumis Tebal, Riwayatmu Kini…

Di lain sisi, PPFN berkukuh hak cipta Si Unyil tetap milik mereka. Hal ini diungkapkan juru bicara Pak Raden, Khrisna Pabichara, setelah melakukan mediasi dengan PPFN pada Kamis, 19 April 2012. “PPFN bersikukuh memiliki hak cipta Unyil,” katanya.

Menurut Khrisna, PPFN berdalih tidak bisa memberikan hak cipta itu kepada Pak Raden lantaran kewenangan pengalihan hak cipta tidak dimiliki direksi PPFN, melainkan ada pada Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Hal ini dikarenakan Kementerian BUMN menaungi PPFN.

Khrisna mengatakan Pak Raden masih belum puas atas hasil mediasi ini. Pasalnya, kepemilikan atas boneka yang sempat populer pada 1980-an ini masih belum dimiliki Pak Raden. Meskipun mediasi gagal, Pak Raden tidak akan memutuskan hubungan personal kepada PPFN. Pihak PPFN sendiri enggan berkomentar terkait hasil mediasi.

Bagaimana dengan Laptop Si Unyil?

Pak Raden, Bapak Si Unyil yang Berkumis Tebal, Riwayatmu Kini…

Pastinya banyak yang tahu kalau beberapa tahun belakangan ini Si Unyil kembali tampil di layar kaca, salah satunya melalui program Laptop Si Unyil di salah satu stasiun televisi swasta, Trans7. Bagaimana dengan program tersebut, yang juga menampilkan para tokoh Si Unyil? Pihak Trans7 menyatakan membayar hak siar tayangan Laptop Si Unyil kepada PPFN.  "Karena hak kepemilikannya sejak awal ada di PPFN," kata Produser Eksekutif tayangan tersebut, Roni Suyanto.

Roni menyatakan tak mengetahui biaya hak siar yang disetorkan Trans7 kepada PPFN. Namun soal royalti kepada Suyadi atau lebih dikenal denganPak Raden, ia sama sekali tak mengetahui. Roni beralasan itu di luar kewenangan Trans7.

Pak Raden, Bapak Si Unyil yang Berkumis Tebal, Riwayatmu Kini…

Pak Raden semestinya tetap memperoleh royalti jika 'Boneka Unyil" dipakai secara komersial untuk maksud di luar pembuatan film atau video oleh Pihak Ketiga. Berdasarkan pasal 3 berjanjian itu, Pak Raden menerima 50 persen royalti dari Pihak Ketiga. Sedangkan 50 persen lainnya diserahkan kepada PPFN sebagai Pihak Kedua.

Sedikit menyinggung tentang program tersebut, banyak protes terutama dari pihak gamer yang melayangkan kekecewaan mereka mengingat di program tersebut sering kali menghadirkan background music dari beberapa judul RPG yang terkenal (serial FF, Legend of Mana, serial Kingdom Hearts, serial Atelier, dan lain-lain) tanpa mencantumkan kredit lagu yang ditampilkan. Padahal untuk lagu-lagu dari penyanyi barat saja ditampilkan, kenapa lagu-lagu gubahan para komposer lagu game tidak?

 

Santunan dari Menteri BUMN

Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan mempertimbangkan memberi santunan untuk Pak Raden sebesar Rp. 10 juta per bulan. Tunjangan ini rencananya diberikan melalui PPFN. Santunan dari PFN rencananya bakal diberikan setiap bulan sebagai hasil hak cipta Pak Raden. "Untuk itu kami putuskan ada penghasilan yang cukup buat beliau," katanya.

Dahlan Iskan pernah menyambangi kediaman Pak Raden di Petamburan,Jakarta, pada Jumat, 20 April 2012 lalu. Kedatangan Dahlan ini setelah mendengar polemik hak cipta boneka Unyil dan lagu-lagunya. Dahlan mengatakan tidak akan mencampuri masalah hukum Pak Raden dengan PPFN perihal hak cipta si Unyil. Namun ia berjanji akan membantu Pak Raden agar tetap memperoleh penghasilan.

 

Sinar Pak Raden yang Makin Meredup…

Pak Raden, Bapak Si Unyil yang Berkumis Tebal, Riwayatmu Kini…

Siapa yang menyangka bukan kalau ternyata Pak Raden yang kita kenal ini ternyata memiliki masalah yang begitu besar atas jerih payahnya sendiri. Mungkin banyak yang bertanya-tanya, mengapa penuntutan royalti ini baru dilakukan sekarang? Pak Raden pun menjawab karena dia tidak lagi muda. Tidak seperti dulu ketika masih punya banyak sumber penghasilan. Kini, disiksa oleh encoknya, sulit baginya untuk bekerja seperti dulu lagi. "Saya tidak lagi bisa loncat ke sana loncat ke sini lagi," jelasnya. Beliau pun akan menginjak usia 80 tahun pada tanggal 28 November mendatang.

Kegiatan Pak Raden saat ini adalah taping dan memeriksakan kesehatannya di rumah sakit. Di rumah, Pak Raden menyelesaikan beberapa pesanan lukisan. Lukisan mengenai wayang orang yang menghiasi dinding ruang tamunya, tadinya ingin didedikasikan untuk sebuah pameran lukisan tunggal. Namun lukisan cerita tersebut tidak lagi diteruskannya.

Kini dia ditawari menggelar pameran lukisan bertemakan anak-anak sekaligus merayakan Hari Anak Nasional. Namun karena waktunya singkat, dia mengubah sedikit konsep acara yang rencananya dilaksanakan di Galeri Nasional menjadi pameran lukisan, drawing, dan sketch.

Sumber :

- Denny Yuliansari, Antara News

- Kodrat, Tempo

- Mitra Tarigan, Tempo

- Maria Yuniar, Tempo

- Nieke Indrietta, Antara News

Artikel terkait

ARTIKEL TERBARU