Review: The Hobbit: The Desolation of Smug

Bagian kedua dari trilogi The Hobbit ini menceritakan kelanjutan dari petualangan Bilbo Baggins, dkk yang di film sebelumnya berhasil mengalahkan Carrock. Bersama Gandalf dan Thorin, mereka semua melanjutkan perjalanan untuk merebut kembali daerah Lonely Mountain.

Review: The Hobbit: The Desolation of Smug

Review: The Hobbit: The Desolation of Smug

Bagian kedua dari trilogi The Hobbit ini menceritakan kelanjutan dari petualangan Bilbo Baggins, dkk yang di film sebelumnya berhasil mengalahkan Carrock. Bersama Gandalf dan Thorin, mereka semua melanjutkan perjalanan untuk merebut kembali daerah Lonely Mountain dari tangan Smaug the Dragon. Di tengah sperjalanan ke daerah Lake Town selain mereka dihadang oleh segerombolan laba-laba raksasa, mereka juga bertemu dengan Bard the Bowman (Luke Evans) yang turut membantu menyediakan transportasi dan suplai makanan. Dan untuk pertama kalinya di film ini kita akan mengetahui wujud Necromancer yang sesungguhnya

Film ini bisa dibilang sangat epik baik secara audio maupun visual. Namun seperti di film trilogi LOTR dan The Hobbit: The Unexpected Journey, durasi yang hampir 3 jam selalu menjadi masalah bagi beberapa penonton (untuk film ini sendiri durasinya adalah 169 menit). Namun walau begitu, hal tersebut sepadan dengan isi / kualitas dari film ini. Sutradara Peter Jackson benar-benar tahu spot-spot yang dapat diberikan  efek visual 3D yang indah jadi kesannya tidak sembarang. Richard Armitage benar-benar sangat bersinar di film ini sehingga kita sudah bisa "meresmikan" kalau dia adalah Thorin. Benedict Cumberbatch sebagai pendatang baru di dunia Middle-Earth tampil dengan sangat mengesankan sevagai pengisi suara dari Smug. Sudah dapat diprediksikan kalau film The Hobbit: The Desolation of Smug akan menjadi pesaing di ajang 86th Academy Awards (Oscar 2014) di dalam kategori: Best Visual Effect, Best Cinematography, Best Costume dan Best Production Design.

Bintang Duniaku: 4 out of 5 stars

Artikel terkait

ARTIKEL TERBARU