Hangatnya Diskusi Mengenai VR oleh Para Praktisi Industri di Rumah Habibie

Bagaimana jalannya diskusi mengenai masa depan virtual reality di Indonesia yang dihadiri para praktisi? Berikut adalah rangkumannya!

Hangatnya Diskusi Mengenai VR oleh Para Praktisi Industri di Rumah Habibie

Hangatnya Diskusi Mengenai VR oleh Para Praktisi Industri di Rumah Habibie Para peserta diskusi VR yang diselenggarakan oleh Berkarya!Indonesia[/caption]

Beberapa tahun terakhir, teknologi Virtual Reality (VR) memang terus berkembang semakin pesat, terutama setelah munculnya Oculus Rift dan pembelian perusahaan tersebut oleh Facebook. Hal ini disusul pula oleh Samsung, HTC, Steam, dan pihak-pihak lainnya yang ikut terjun ke dalam teknologi baru tersebut.

Di tengah mulai tumbuhnya industri VR di dunia, tentu Indonesia tidak ingin ketinggalan. Untuk itu, Berkarya!Indonesia yang dipimpin dan diprakarsai oleh Ilham Habibie mengundang para pelaku industri dan media berdiskusi mengenai bagaimana masa depan VR di Indonesia dan bagaimana Indonesia bisa bersaing di industri tersebut. Acara ini diadakan pada 28 September 2016, bertempat di Perpustakaan Habibie - Ainun.

Acara dimulai dengan kata sambutan dari Ilham Habibie, yang tak lain adalah putra sulung dari B.J. Habibie, yang berharap forum ini dapat ikut memberi sumbangsih terhadap daya saing Indonesia dalam dunia teknologi digital. Setelah itu, diskusi pun dimulai dengan moderator Robi Baskoro.

Ada beberapa pertanyaan yang dijadikan acuan diskusi:

Apakah Teknologi VR Akan Menjadi Mainstream?

Hangatnya Diskusi Mengenai VR oleh Para Praktisi Industri di Rumah Habibie

Kesempatan pertama untuk bicara diberikan kepada Dedy Irvan, CEO dari JagatPlay.com. Ia mengatakan bahwa kita sedikit terlambat untuk membahas VR, karena secara global sebenarnya VR sudah menjadi sorotan sejak dua tahun yang lalu, saat Oculus Rift sedang hangat-hangatnya dibahas.

Saat ini justru pemain besar seperti Microsoft dan Intel sedang menggodok sebuah teknologi bernama Mixed Reality dan Merged Reality, di mana virtual reality, yang mengisolasi penggunanya dengan dunia luar, digabungkan dengan dunia nyata. Teknologi ini ia katakan dapat lebih mudah diterapkan di industri karena lebih fleksibelnya interaksi yang dimungkinkan.

Hangatnya Diskusi Mengenai VR oleh Para Praktisi Industri di Rumah Habibie

Perwakilan dari OmniVR sendiri mengatakan bahwa sebenarnya VR sendiri adalah sebuah bentuk propaganda. VR dibuat untuk bisa menarik orang. Ia sendiri berharap bahwa VR suatu hari akan menjadi mainstream. Intel sebagai penyedia teknologi sendiri mengatakan bahwa mereka optimis VR akan menjadi sesuatu yang mainstream di masa depan. Hal ini karena banyak pihak besar di industri yang sangat mendorong perkembangan VR terjadi.

Kapan Saat yang Baik untuk Terjun di VR?

Dari diskusi yang ada pada saat itu, disimpulkan bahwa saat yang tepat adalah ketika para perusahaan-perusahaan besar sudah masuk ke dalam industri VR ini. Dengan masuknya Facebook, Microsoft, Samsung, Google, Intel, Steam, dan lain sebagainya di dunia VR, maka waktu yang tepat yang dimaksud tak lain adalah sekarang.

Bidang atau Industri Apa yang Paling Cocok untuk VR Berkembang?

Hangatnya Diskusi Mengenai VR oleh Para Praktisi Industri di Rumah Habibie

Pada diskusi ini, cukup banyak hal-hal baru yang tidak terpikirkan sebelumnya tentang potensi VR, setidaknya oleh orang awam. Seperti yang dicetuskan oleh Shinta VR, di mana VR sangat berpotensi untuk digunakan pada bidang real estate. Hal ini karena dengan VR para developer real estate bisa memvisualisasikan properti tanpa biaya yang relatif lebih mahal. Tak perlu membuat maket dan calon pembeli pun bisa melihat properti dengan "langsung" secara tiga dimensi.

Pembuatannya pun terbilang tidak terlalu sulit dan dapat dengan mudah diimplementasikan. Tenaga ahli untuk hal ini juga sudah tersedia. Maka dari itu, ungkap Shinta VR, pasarnya akan dengan cepat bisa terbentuk.

Hangatnya Diskusi Mengenai VR oleh Para Praktisi Industri di Rumah Habibie

Dito, salah satu co-founder dari Digital Happiness sendiri menjabarkannya dari sudut pandang lain. Ia mengatakan bahwa setiap region atau negara memiliki spesialisasi atau minatnya masing-masing. Contohnya adalah di Taiwan di mana masyarakatnya lebih senang membuat perangkat VR sendiri, sedangkan di tempat lain bisa jadi perangkat lunak yang menjadi primadona.

Lalu bagaimana dengan bidang yang lain, termasuk game? Masih banyak potensi lain yang bisa digali lebih dalam lagi dari VR. Ilham Habibie sendiri berharap pada diskusi-diskusi berikutnya akan ditemukan sebuah produk unggulan yang bisa dihasilkan oleh Indonesia.

ARTIKEL TERBARU