Liputan Spesial: Review PS VR Demo dari PlayStation Media Gathering Jakarta

Kemarin, Duniaku.net menjajal PS VR di acara PlayStation Media Gathering. Dan bagaimanakah pengalaman bermain memakai PS VR, apakah layak beli? Simak review PS VR yang satu ini!

Liputan Spesial: Review PS VR Demo dari PlayStation Media Gathering Jakarta

Liputan Spesial: Review PS VR Demo dari PlayStation Media Gathering Jakarta

Seperti yang sudah saya janjikan, review PS VR beserta game-game demo yang ditampilkan dalam acara PlayStation Media Gathering 19 Oktober kemarin, akhirnya hadir!

Tidak banyak game PS VR yang sempat saya coba, karena demo yang diberikan cukup banyak. Setidaknya ada 18 demo game ditambah dua, Batman: Arkham VR dan Resident Evil 7, dan mainnya mengantri dengan anggota-anggota media lain. Nggak mungkin dong saya coba semua sampai kelar, kapan gantiannya? Hehehe. Dari semua game tersebut, saya mencoba demo dari Driveclub VR, RIGS, Rez Infinite dan RE7.

Pertama-tama sebelum masuk ke review PS VR, saya harus mengatakan, bertentangan dengan opini yang bertebaran di internet (dan juga di acara kemarin), saya sama sekali tidak merasa pusing atau mendapat "motion sickness" baik dari menggunakan PS VR maupun saat memainkan Driveclub VR, lho. Saya rasa urusan ketahanan mata dalam menghadapi VR memang tergantung dari masing-masing individu. Jadi kalau kamu takut pusing main VR, sebaiknya coba dulu sendiri untuk beberapa menit.

Selama mencoba PS VR di acara tersebut, saya merasa bahwa hal terbaik yang bisa diberikan oleh PS VR adalah bagaimana perangkat tersebut bisa terasa ringan, hampir "tanpa beban" walau secara resmi disebutkan beratnya mencapai 610 gram dan merupakan perangkat VR terberat sejauh ini. Selain itu bantalan karet dan busa yang menyelimuti kepala dan batang hidung juga menambah kenyamanan dalam memakai PS VR.

Tapi bagaimana dengan game-nya? Apakah seru? Pengalaman tambahan apa yang bisa ditawarkan oleh PS VR, kamu tanya? Yuk, langsung kita kulik review PS VR ini bersama-sama!

[page_break no="1" title="Driveclub VR"]

Liputan Spesial: Review PS VR Demo dari PlayStation Media Gathering Jakarta

Saya bukan penggemar berat game balap maupun mobil, jadi saya tidak bisa menilai seberapa detil dan akurat komponen-komponen dasbor mobil yang berjalan, tapi saya bisa bilang pengalaman menyetir melalui PS VR cukup menyenangkan. Semua spion berfungsi seperti selayaknya, paling tidak itu bisa saya bilang.

Bermain Driveclub terasa lebih immersive, karena seakan-akan kamu berada di balik kemudi. Saat menengok, hanya posisi kameramu yang berubah, dan kamu jadi bisa melihat-lihat interior mobil dan spion dengan nyaman. Sayangnya, saat demo tidak disediakan racing wheel jadi perasaan yang didapat kurang maksimal.

[page_break no="2" title="Resident Evil 7"]

Demo RE7 PS VR yang ditunjukkan dalam acara Playstation Media Gathering kemarin merupakan demo Lantern, dan tidak banyak yang terjadi dalam demo. Kalau kamu sudah menonton trailer-nya, kamu praktis sudah melihat semua yang ditawarkan di demo PS VR ini. Walaupun di satu titik, ada sebuah puzzle lucu dimana kamu harus mencocokkan bentuk bayangan dari sebuah benda dengan gambar yang ada di dinding.

Seram atau nggak, kamu tanya? Jujur demo Lantern Resident Evil 7 ini sama sekali tidak seram. Kamu cuma berputar-putar di sebuah rumah bobrok sambil dikejar nenek sihir. Bahkan jump scare yang muncul di akhir juga tidak membuat saya kaget. Memang sih, selama main saya dipandu sama staf demo booth, tapi tetep nggak serem kok. Serius.

Masalah terbesar yang saya rasakan saat memainkan Driveclub VR dan RE7 utamanya berakar dari penurunan resolusi yang mau tidak mau harus mereka lakukan agar bisa kompatibel dengan VR. Buat yang belum tahu, frame rate minimal untuk memberikan pengalaman VR yang nyaman adalah 60 FPS. Dan mereka harus menurunkan resolusi game untuk bisa meraih frame rate tersebut secara konstan, yang mana membuat game terlihat jaggies dan detil-detil tekstur yang ada jadi tidak terlihat. Tentunya vital untuk game horor bisa memberikan lingkungan yang mendetil untuk menambah suasana mencekam, yang mana gagal ditampilkan melalui PS VR.

Saya berharap masalah ini memang berasal dari keterbatasan mesin PS4 "biasa" dalam menangani kapabilitas VR (yang memang sangat menuntut). Semoga kehadiran PS4 Pro bisa memperbaiki masalah yang satu ini, demi review PS VR di kemudian hari. Semoga.

[page_break no="3" title="RIGS: Mechanized Combat League"]

Liputan Spesial: Review PS VR Demo dari PlayStation Media Gathering Jakarta

Sebagai sebuah game yang murni dikembangkan untuk PS VR, saya rasa RIGS memiliki potensi untuk tidak hanya menjadi "gerbang" mempopulerkan setup PS VR untuk penggemar shooter kasual tetapi juga e-sport memakai perangkat VR.

Seperti memainkan game biasa, kamu masih harus menggunakan kontroler DualShock 4 untuk mengendalikan mecha-mu. Namun untuk membidik serangan, kamu harus mengarahkan kepalamu ke musuh yang terlihat di layar. Terdengar cukup sulit memang, karena kepalamu harus selalu mengikuti kemana musuh pergi, oleh karena itu game ini memiliki fitur auto-aim yang murah hati. Pengendalian mecha-nya melalui kontroler pun cukup nyaman dan akrab, R2 menembak gatling gun dari tangan kanan, L2 menembak roket dari tangan kiri, kotak-segitiga-bulat mengubah mode mecha jadi lebih cepat, lebih kuat, atau mode menyembuhkan diri. Tidak disertakannya head bobbing juga nampaknya membantu agar pemain tidak mual.

Saya tidak tahu apakah pengalaman yang ditawarkan memang dibatasi karena masih demo atau karena tingkat kesulitan yang saya pilih (Amateur, buat pemula), walau RIGS potensial, RIGS "masih potensial." Yang berarti potensi yang ada belum keluar dan masih terasa seperti tech demo.

Permainan terasa lambat, arena yang ditawarkan sempit, tidak banyak yang ditawarkan selama permainan berlangsung. Sayangnya hal tersebut membuat demo yang sebentar (hanya bisa main sampai half-time, yang paling sekitar 10 menit paling lama) menjadi semakin membosankan.

Lanjut ke halaman 2...

[page_break no="4" title="Rez Infinite"]

Liputan Spesial: Review PS VR Demo dari PlayStation Media Gathering Jakarta

Dari keempat game yang saya sempat coba, secara pribadi Rez Infinite lah yang terasa layaknya "demo dari sebuah game komplit", dan bukan potongan-potongan adegan tertentu atau tech demo saja.

Rez Infinite sendiri adalah remake dari game shooter-rhythm Rez yang rilis 2001 untuk PS2 dan Dreamcast, jadi faktor "keutuhan" kemungkinan besar terasa karena basis game-nya sudah ada sejak 15 tahun yang lalu. Bagaimana pun juga, dalam review PS VR kali ini demo Rez lah yang paling saya nikmati.

Implementasi VR, walau sederhana, namun tetap efektif dan menyenangkan. Mirip RIGS, untuk membidik musuh-musuh yang muncul kamu harus mengarahkan kepalamu ke posisi mereka. Tapi yang membedakan adalah musuh yang terus bermunculan dan warna-warni heboh yang menghiasi layar, membuat permainan terasa heboh dan mendorongmu menggunakan serat-serat otot leher yang ada untuk bisa mendeteksi dan menembak setiap objek yang muncul.

Setiap tembakan yang kamu hasilkan juga memberikan sound effect yang menyatu dengan musik, sehingga kamu akan selalu menunggu-nunggu adanya sesuatu yang bisa ditembak. Sayangnya saya tidak bisa mendengar musiknya karena tidak mengenakan headphone selama bermain.

Liputan Spesial: Review PS VR Demo dari PlayStation Media Gathering Jakarta Editor kami, Mas Arya, mencicipi apa rasanya menjadi Batman[/caption]

Soal Batman: Arkham VR, saya sendiri tidak sempat mencobanya, namun berdasarkan apa yang saya dengar dari para peserta Playstation Media Gathering, tidak banyak yang bisa kamu lakukan di game tersebut. Bahkan melempar Batarang pun terasa membosankan karena lemparanmu akan diarahkan secara otomatis. Hal tersebut juga merupakan komplain yang umum dilontarkan oleh ulasan-ulasan dari media game luar negeri.

Sulit sebenarnya untuk melakukan review PS VR bagi saya, karena pengalaman dan perasaan selama menggunakan perangkat semacam ini merupakan hal yang sangat subjektif, tergantung dari keingintahuan pengguna akan platform baru serta apakah mata/tubuhmu bisa tahan selama memakainya atau tidak.

Namun bagi saya, alat ini terasa "tepat" untuk memainkan game simulasi seperti Driveclub VR -- dan RIGS juga sebagai sebuah "simulator palsu. Tapi di akhir hari, itu hanyalah sebuah monitor yang kamu tempelkan ke mukamu. Faktor utama untuk bisa menyajikan pengalaman yang realistis, yaitu feedback fisik yang mumpuni, masih sangat dibutuhkan untuk perangkat VR, kontroler DualShock 4 dan PS Move saja masih belum cukup untuk menggantikannya.

Ukuran perangkat pun bisa menjadi kurang nyaman bagi yang berkepala kecil, karena terkadang headset PS VR gagal mencengkram kepala saya sehingga membuat lensa jadi terlihat kurang fokus dan agak kabur.

Sejauh ini, secara pribadi saya belum bisa merekomendasikanmu mengeluarkan uang untuk memiliki sebuah PS VR, terutama mengingat harga PS VR yang mencapai lebih dari 6 juta Rupiah, melebihi harga PS4 sendiri. Tapi kalau ada demo yang terbuka untuk umum atau kamu punya teman sultan yang sudah beli, tidak ada salahnya mencoba karena VR masih tetap merupakan gimmick yang unik sekalipun masih prematur.

Saat ini Sony PlayStation VR sudah tersedia di Sony Center dan distributor resmi Sony sejak tanggal 13 Oktober, beserta di toko-toko game di sekitarmu.

Artikel terkait

ARTIKEL TERBARU