Seminar Game Prime 2016: Integrasi Game dengan Edukasi

Oleh orang tua, biasanya game dengan edukasi dianggap sebagai musuh yang berseberangan. Tapi tiga tokoh ini malah mengintegrasikan game dengan edukasi!

Seminar Game Prime 2016: Integrasi Game dengan Edukasi

Seminar Game Prime 2016: Integrasi Game dengan Edukasi

Oleh orang tua, biasanya game dengan edukasi dianggap sebagai musuh yang berseberangan. Tapi tiga tokoh ini malah mengintegrasikan game dengan edukasi!

Dalam panel BEKRAF Game Prime 2016 ini, Sheikh Faleigh dari Futurist Foundation bertindak sebagai moderator. Beliau memandu Adam Ardisasmita dari Arsanesia, Fauzil Hamdi dari Wali Studio, serta Andi Taru dari Eduka Studio untuk menyorot satu topik: Gamification in Business and Education.

Mungkinkah integrasi game dengan edukasi? Pertanyaan itu jelas sudah lama terjawab: memang mungkin. Caranya adalah dengan menciptakan game yang juga fokus memberikan edukasi kepada para pemainnya. Selain para pembicara, bahkan Sheikh Faleigh sebagai moderator pun pernah terlibat dalam produksi game Chemcaper, game RPG yang juga berfungsi untuk edukasi kimia.

Seminar Game Prime 2016: Integrasi Game dengan Edukasi

[read_more id="282016"]

Namun, seperti yang diungkit moderator, bagaimana cara untuk mendorong anak untuk memainkan game edukasi, sementara biasanya bila dipilih game edukasi dengan game fun murni maka si anak akan memilih game kedua?

Adam mengungkap kalau visual seperti karakter sangat penting untuk menarik minat anak. Andi pun menimpali dengan memfokuskan membuat karakter yang unik dengan mendalam. Saat menyiapkan sebuah game, Andi bahkan tidak hanya menyiapkan satu ikon saja melainkan banyak. Selera anak berbeda-beda, terutama dibanding orang dewasa, jadi variasi ikon bisa menarik minat pemainnya yang masih muda.

Tapi tentunya ada pertanyaan lain: bagaimana mendorong orang tua anak untuk mengunduh gamenya? Game dari Arsa Kids dan Eduka serta aplikasi Wali Studio menarget anak-anak di bawah 10 tahun. Di umur seperti itu, biasanya bukan si anak sendiri yang mengunduh gamenya melainkan orang tuanya.

Fauzil mengungkap kalau studionya memperkenalkan aplikasi karya mereka ke TK-TK Islam. Dia juga menganjurkan untuk mencoba mengunjungi komunitas guru dan orang tua murid. Bila pihak guru dan orang tua murid menyukai gamenya, sudah tentu mereka akan memberikan game atau aplikasi itu ke anak.

Adam menambahkan kalau ibu-ibu muda biasanya yang paling gencar menarget produk. Pangsa pasar potensial ini bisa ditarget lewat Facebook ads yang tepat dan spesifik mengincar mereka. Selain fokus, langkah ini dia nilai bisa lebih bersaing ketimbang harus menempatkan iklannya terlalu umum dan berhadapan dengan produk luar negeri.

Seminar Game Prime 2016: Integrasi Game dengan Edukasi

Namun ada satu lagi kendala berjualan aplikasi yang menyajikan integrasi edukasi game dengan edukasi, terutama di Indonesia. Andi mengungkap kalau mengandalkan in-app purchase bisa berujung ke hujan rating bintang satu dari konsumen. Jelas kalau pembeli Indonesia lebih suka produk yang gratis. Karenanya, income game edukasi saat ini berdasarkan ads.

Adam mengungkap kalau memasukkan game ke kategori Kids di app store bisa lebih mudah mencari segmen anak. Namun risikonya game-game yang ditujukan untuk anak ini tidak diperkenankan memasang ads. Jadi kalau mau mencoba cara ini harus mencoba game premium yang berbayar atau memasang in-app purchase. Mengingat kedua kategori itu antara kurang laku atau bahkan dibenci di Indonesia, pasar yang dituju pun harus internasional.

Ketiga pembicara jelas membuktikan bahwa gamefikasi di sektor edukasi dan bisnis bukan hal yang mustahil... meski saat ini masih banyak hambatan. Apakah ada di antara kamu yang juga ingin ikut dalam bisnis ini? Kalau iya, maka tips-tips yang diajukan para panelis ini rasanya wajib kamu pertimbangkan!

Artikel terkait

ARTIKEL TERBARU