Review Mindhunter: David Fincher Membedah Isi Kepala Psikopat

Mindhunter bukan serial detektif/serial killer biasa. Ia membedah isi kepala psikopat. Gambar gore-nya sedikit, tetapi bisa membuatmu bergidik ketakutan.

Review Mindhunter: David Fincher Membedah Isi Kepala Psikopat

Review Mindhunter: David Fincher Membedah Isi Kepala Psikopat Holden Ford (kanan) dan Bill Tench (kiri). Sumber: Netflix[/caption]

Tema serial killer adalah tema yang paling seksi sekaligus populer dalam serial televisi belakangan—dan Mindhunter adalah yang terkini serta juga salah satu yang terbaik. Simak review Mindhunter di bawah ini.

True Detective (Season 1, 2014), Hannibal (2013-2015), hingga Dexter (2006-2013) adalah beberapa dari serial televisi tentang serial killer yang populer. Belum lagi jika ia dibumbui oleh cerita detektif-detektif-an seperti Sherlock (2010—sekarang) atau Criminal Minds (2005—sekarang).

[read_more id="278641"]

Menarik dan menegangkan sekali rasanya menonton bagaimana dunia gelap kejahatan bekerja. Apalagi ia ditelusuri lebih dalam dan panjang dengan format serial. Mengikuti berbelas-belas episode bisa membuat kita merasa seperti pemburu (dan juga diburu) oleh orang pintar dan bengis seperti psikopat.

Namun dari semua keseruan serial detektif prosedural (cerita detektif yang mengikuti prosedur kepolisian, seperti True Detective) dan ketegangan dari usaha menemukan jawaban teka-teki psikopat tersebut, ada satu pembahasan yang masih terasa kurang: dari mana para psikopat mendapat ilham? Mengapa banyak dari mereka terasa sangat mirip? Seperti lebih terorganisir dan lebih cerdas? Apa isi kepala psikopat? Mindhunter menjawab pertanyaan tersebut.

[duniaku_baca_juga]

Sinopsis

Pada hari itu, tahun 1977, agen Federal Bureau Investigation (FBI) Holden Ford (Jonathan Groff) sedang menangani proses penyanderaan di kota kecil Braddock, Pennsylvania. Sang penyandera memaksa polisi untuk mendatangkan istrinya dengan ancaman akan menembak sandera. Namun saat ia mengetahui kabar dari si istri, ia menembak kepalanya sendiri.

Keanehan itu memancing rasa penasaran Ford. Ia sampai coba ikut kuliah lagi hingga akhirnya bertemu dengan Bill Tench (Holt McCallany), agen FBI senior. Mereka mewawancarai para pembunuh berantai yang dipenjara di seluruh penjuru Amerika dengan harapan bisa mendapat pencerahan lebih lanjut terkait psikologis kriminal.

Membedah isi Kepala Psikopat

Review Mindhunter: David Fincher Membedah Isi Kepala Psikopat Sumber: VOX[/caption]

Mindhunter bukan serial tentang detektif dan/atau pembunuh berantai biasa. Ia seperti kuliah jurusan kriminologi. Dari episode pertama, penonton sudah dijejali oleh informasi tentang psikologi dan sosiologi dengan bahasa keilmuan.

Mindhunter berusaha untuk membedah bagaimana sebuah tindak kejahatan bisa terjadi. Dan dengan analisis tersebut, diharapkan dapat menjadi panduan bagi FBI untuk memburu para kriminal.

Baru di awal saja Deborah “Debbie” Mitford, pacar Holden yang juga mahasiswa pasca sarjana sudah mendiskusikan ”Durkheim’s labelling theory on deviancy” dengan mengatakan, “Durkheim adalah orang pertama yang mengatakan jika ada sesuatu yang salah dengan masyarakat kita, kriminalitas adalah respon terhadapnya.”

Dari sini kita akan dipandu oleh Holden Ford, agen FBI yang workaholic, punya rasa penasaran yang tinggi, mengerjakan segala sesuatu secara terukur, tetapi masih hijau alias belum berpengalaman dan naif. Sementara itu, partner-nya, Bill Tench punya pengalaman berpuluh tahun di FBI dan kesulitan untuk mengekspresikan perasaannya, barangkali karena ia ingin menjaga image sebagai agen yang profesional dan dapat diandalkan.

Review Mindhunter: David Fincher Membedah Isi Kepala Psikopat Sumber: The Independent[/caption]

Pembunuh berantai yang pertama mereka wawancarai adalah Edmund Kemper (Cameron Britton). Kemper dikenal atas pembunuhan beberapa wanita di awal 70-an, termasuk neneknya dan ibunya sendiri ketika ia berusia 15 tahun. Dalam Mindhunter, ia diceritakan menggorok leher ibunya, lalu bercinta dengan potongan kepala tersebut.

What the f*ck?!

Di kesempatan yang lain, Kemper bercerita tentang kelakuannya menculik wanita-wanita dengan mobil untuk kemudian dibunuh di garasi rumahnya. Kemper juga bilang ia punya ketertarikan secara seksual pada high heel. Yeah, enggak salah lagi: high heel.

Kurangnya Gambar Gore Justru Membuat Mindhunter Semakin Menyeramkan

Mindhunter memposisikan kita layaknya Holden dan Bill ketika mendengar penuturan Edmund Kemper. Bayangkan saja jika kalian adalah kedua agen tersebut yang mendengarkan seorang pembunuh berantai menceritakan perbuatannya dengan ekspresi datar. Apresiasi tinggi untuk Cameron Britton atas pencapaian akting-nya. (Kalian bisa lihat perbedaan side-by-side dengan Edmund Kemper asli di bawah ini)

Tidak ada visualisasi gore atau aksi beradrenalin tinggi. Gambar-gambar menyeramkan tidak muncul langsung, hanya tampak dari foto TKP dan gambar sekilas di opening scene-nya.

Dengan cara bertutur seperti ini, Mindhunter bisa saja membosankan—tapi ternyata tidak. Ia membuat penonton bergidik ngeri. Penonton langsung membayangkan dalam kepala sendiri bagaimana Edmund Kemper memukul kepala ibunya dengan palu sambil bilang bahwa dia hanya ingin mempermalukan ibunya.

Adegan-adegan seperti ini memberi kita sebuah sugesti. Ia tidak diproses oleh mata kita lewat visualisasi berdarah atau dengan potongan tubuh, tetapi lewat telinga. Mindhunter memaksa penonton untuk membayangkan kengerian tersebut dengan imajinasi kita masing-masing.

Jadi dari mana para psikopat mendapat ilham? Baca penjelasannya di halaman berikut!

Penciptaan Psikopat Lahir dari Keluarga

Review Mindhunter: David Fincher Membedah Isi Kepala Psikopat Sumber: Collider[/caption]

Lalu apa yang membuat Edmund Kemper bisa berbuat seperti itu?

Setelah beberapa episode, kita bisa menemukan pola dari beberapa pembunuh berantai yang telah diwawancarai. Misalnya Edmund Kemper yang punya masalah di masa kecil dengan ibunya. Rata-rata dari mereka memiliki ibu yang keras dan suka mengatur segala aspek kehidupan. Relasi antara ibu dan anak begitu dalam dibahas, membuat kita merefleksikan fenomena itu terhadap diri sendiri. Perih juga.

Selain itu, mereka juga kehilangan sosok ayah.

Seringkali, mereka tidak punya tempat untuk menyenderkan bahu atau sekadar untuk mengeluh. Jadi para pembunuh berantai ini menyalurkannya dengan hal-hal aneh yang kadang kala menjadi kejahatan.

Review Mindhunter: David Fincher Membedah Isi Kepala Psikopat Sumber: Indiwire[/caption]

Para pembunuh juga rata-rata orang kulit putih, mengingat di Amerika, orang kulit hitam dan Latin sangat menghormati sosok ibu dalam keluarganya. Edmund Kemper dan pembunuh lainnya cenderung mengincar orang yang lebih lemah, khususnya kaum khawa.

Perlu diketahui, Kemper punya tinggi badan lebih dari 2 meter dengan berat 113 kg. Menurut laporan, IQ-nya mencapai 145. Kombinasi kekuatan dan kecerdasan kelas kakap. Ia sangat terorganisir dalam segala tingkah lakunya. “Butuh beberapa latihan hanya untuk sekadar meretakkan rahang,” ujar Kemper. Polisi kesulitan menangkapnya hingga akhirnya ia bosan dan menyerahkan diri. What a guy!

David Fincher Memperkuat Kengerian

Review Mindhunter: David Fincher Membedah Isi Kepala Psikopat Sumber: Collider[/caption]

Jika kamu ingin cari film-film yang menegangkan dengan sisi gelap kejahatan, film-film David Fincher adalah jawabannya.

Fincher dikenal dengan film-filmnya sebagai berikut: Se7en (1995), Fight Club (1999), Gone Girl (2014), The Social Network (2010), Panic Room (2002), The Curious Case of Benjamin Button (2008), The Game (1997), The Girl with the Dragon Tattoo (2011), hingga Zodiac (2007).

Mayoritas dari film-film tersebut punya nuansa gelap dengan perasaan dingin dan kelam khas Fincher. Se7en, The Girl with the Dragon Tattoo, dan Zodiac berbicara tentang kisah detektif. Sementara Fight Club dan Gone Girl berkisah tentang kelainan jiwa. Maka bisa dibilang David Fincher sudah akrab dengan tema yang dibawakan Mindhunter.

Ia masih dengan trademark-nya: pengambilan gambar yang kelewat statis. Fincher jarang menggunakan handheld yang menyebabkan gambar goyang. Bahkan ketika objek dalam gambar bergerak, lensa kamera mengikuti dengan smooth.

Review Mindhunter: David Fincher Membedah Isi Kepala Psikopat

Kebiasaannya ini cocok dengan Mindhunter, bahkan semakin mempertebal kualitas. Banyak adegan dalam Mindhunter terdiri dari adegan dua orang atau lebih yang berbicara satu sama lain. Fincher membuatnya lebih menegangkan dengan staging atau pergerakan pemain dalam gambar dan perpindahan sudut pandang kamera yang memiliki makna.

Dalam Mindhunter, ia hanya menyutradarai 4 dari 10 episode, masing-masing 2 episode pertama dan 2 episode akhir. Namun saking kuatnya kekhasan Fincher, akan mudah merasakan perbedaan dari episode yang ia sutradarai maupun yang tidak.

[duniaku_adsense]

Terlepas dari itu, Mindhunter secara keseluruhan adalah sajian menegangkan dari kuliah jurusan kriminologi. Walaupun diisi oleh sedikit visualisasi gore/menyeramkan, namun sugesti yang ia tanamkan masih tinggal dalam kepala penonton setelah beberapa lama. Salah satu serial crime terbaik sampai saat ini.

Mindhunter dapat ditonton di layanan streaming Netflix mulai 13 Oktober kemarin.

Diedit oleh Snow

Artikel terkait

ARTIKEL TERBARU