Kontroversi Loot Box Masih Berlanjut, Apa Tanggapan Take-Two?

Kontroversi loot box yang tidak kunjung berhenti membuat para pemain geram dengan tindakan para publisher. Apa tanggapan dari Take-Two perihal masalah ini?

Kontroversi Loot Box Masih Berlanjut, Apa Tanggapan Take-Two?

Kontroversi Loot Box Masih Berlanjut, Apa Tanggapan Take-Two?

Hari sudah berlalu dan bulan pun sudah berganti, dan kontroversi Loot Box tidak kunjung berhenti. Dengan semakin maraknya microtransaction yang nampak tak berujung, apa tanggapan dari Take-Two selaku perusahaan pemegang seri game Grand Theft Auto?

[duniaku_baca_juga]

Pada zaman yang lalu, microtransaction hanyalah bagian yang sangat kecil dalam suatu game berbayar, hanya sedikit dampak yang dirasakan. Sekarang, hampir semua game yang dirilis harus memiliki microtransaction untuk memperkuat karakter. Kontroversi loot box ini terus saja berlanjut, menarik perhatian media hingga komisi perjudian sekalipun.

Tidak tanggung-tanggung, dimulai dari badan rating seperti ESRB dan PEGI hingga badan legalitas seperti Komisi Perjudian dari Inggris harus turun tangan menangani kontroversi ini. Hasilnya? Dari keseluruhan investigasi yang dijalankan, hampir semuanya menyatakan loot box tidak termasuk kategori judi. Pernyataan ini lantas membuat para gamer geram.

[read_more id="347832"]

Kekesalan yang datang dari para pemain ini bukan karena sebab. Para publisher yang bertindak serba kelewatan ini selalu memberikan kesan bahwa pemain diharuskan membeli loot box jika ingin mendapatkan premium item untuk meningkatkan performa permainan. Hal ini menjadi masalah pada game berbasis pay-to-play mengingat mereka harus membayar lagi untuk konten yang diberikan secara acak.

Selain dari Komisi Perjudian dan badan rating, perusahaan yang membawakan seri fenomenal Red Dead Redemption dan Grand Theft Auto pun ikut menyuarakan pendapatnya. Melalui konferensi Credit Suisse yang diadakan di Scottsdale Arizona, Karl Slatoff selaku Presiden dari Take-Two ikut tanggapi kontroversi loot box ini.

“Kami tidak melihat loot box sebagai judi,” Sebut Karl. Menurutnya, masalah loot box yang saat ini terjadi berasal dari konten dan apa yang telah dijanjikan pengembang game. Para pemain akan lebih senang jika pengembang menawarkan konten microtransaction sebagai produk sampingan yang menarik, tentunya dengan harga yang masuk akal.

Karl juga menambahkan satu hal yang penting perihal pembawaan konten dalam game. Pengembang tidak boleh memaksakan para konsumen untuk membeli sesuatu dalam game. “Menciptakan pengalaman bermain yang terbaik akan menarik minat para pemain, dan hal tersebut akan meningkatkan kualitas dari franchise itu,” Sebut Karl.

Diedit oleh Fachrul Razi

Artikel terkait

ARTIKEL TERBARU