Review DEVILMAN Crybaby: Buas, Brutal, dan Penuh Gaya

PERINGATAN: Anime ini khusus untuk penonton berumur 21 tahun ke atas! Tapi apa bagus atau tidak? Baca pembahasannya di artikel ini!

Review DEVILMAN Crybaby: Buas, Brutal, dan Penuh Gaya

Adaptasi manga yang brutal ini memang tidak sempurna dari segi penceritaan, tapi berkat sisi teknis seperti animasi dan musik yang memukau khas sutradara Masaaki Yuasa, DEVILMAN Crybaby setidaknya bisa berdiri sebagai salah satu anime paling unik dan menarik di tahun ini.

 

PERINGATAN KERAS: DEVILMAN Crybaby adalah tontonan khusus dewasa (21+) karena mengandung konten mengusik yang sama sekali bukan untuk penonton di bawah umur!

Mungkin penggemar anime jaman sekarang tidak terlalu akrab dengan nama Go Nagai. Namun tak bisa dipungkiri lagi, pengaruh dari karya-karya mangaka berusia 72 tahun ini begitu besar lewat karya-karyanya yang unik dan cenderung menantang pada jamannya.

Beberapa karyanya yang paling terkenal antara lain kisah gadis penyihir Cutie Honey yang sudah berkali-kali diadaptasi menjadi anime maupun film live-action yang disutradarai oleh Hideaki Anno (Neon Genesis EvangelionShin Godzilla), atau Mazinger Z yang sampai sekarang masih cukup populer di kalangan penggemar mecha dan sempat dibuatkan film animasi terbarunya tahun lalu bertajuk Mazinger Z: Infinity.

Tapi haram rasanya bila menyebut nama Go Nagai dan tidak menyinggung soal mahakarya buas dan brutalnya yang legendaris, yaitu Devilman!

Review DEVILMAN Crybaby: Buas, Brutal, dan Penuh Gaya

Pada masa awal peredarannya di tahun 1972-1973, Devilman memiliki reputasi yang cukup besar karena mengandung pembahasan tema dan konten yang dianggap sangat tabu, seperti satanisme, nihilisme, dan adegan-adegan kekerasan yang sangat brutal. Bahkan, manga ini sempat diprotes oleh asosasi guru dan orang tua di Jepang karena takut bisa memberikan dampak buruk pada anak-anak mereka.

Namun berkat jalan cerita yang tidak biasa dan karakter-karakter yang memorable, manga ini sukses besar dan menelurkan sebuah waralaba multimedia, seperti sebuah adaptasi anime televisi berjumlah 39 episode dengan perubahan cerita di sana-sini demi penyesuaian rating, sejumlah OVA (Original Video Animation) yang mengadaptasi kisah manga-nya dengan lebih setia, serta sebuah film live action di tahun 2004.

[read_more id="356283"]

Di tahun 2018, dengan kerjasama dengan penyedia jasa streaming terbesar di dunia yaitu Netflix, kali ini giliran sutradara anime kondang Masaaki Yuasa (Ping Pong: The AnimationKemonozume) yang dikenal dengan gaya animasinya yang cenderung minimalis nan unik untuk mengadaptasi manga ini dalam sebuah miniseri sepanjang 10 episode bertajuk DEVILMAN Crybaby.

Kala Manusia Mendapatkan Kekuatan Iblis

Review DEVILMAN Crybaby: Buas, Brutal, dan Penuh Gaya

Pada awalnya, Akira Fudo hanyalah seorang siswa SMA yang culun, pemalu, dan memiliki fisik yang pas-pasan. Karena kedua orang tuanya adalah dokter yang sering bekerja di luar negeri, Akira dititipkan kepada kerabat dekat mereka yaitu keluarga Makimura, di mana ia kemudian naksir dengan putri sulungnya yaitu Miki.

Suatu hari, ia bertemu kembali dengan Ryo Asuka; teman masa kecilnya yang sekarang sukses meniti karir sebagai seorang profesor di Amerika berkat kepintarannya yang luar biasa. Ryo memberitahu Akira bahwa segerombolan iblis sudah mulai menginvasi Bumi secara diam-diam dan merasuki manusia, dan satu-satunya cara untuk memukul mundur mereka adalah sama-sama melawan balik dengan kekuatan iblis.

Dalam sebuah insiden yang brutal dan tak terduga, Ryo sukses menyatukan jiwa Akira dengan kekuatan Amon; seekor iblis buas, menjadikannya sebagai seorang "Devilman": Orang yang memiliki kekuatan iblis namun masih memiliki jiwa manusia. Berkat kekuatan ini, fisik Akira berubah menjadi prima dan kepribadiannya menjadi lebih cool bak seorang superhero.

Dalam perjuangan Akira sebagai "Devilman" untuk memburu iblis-iblis pemangsa manusia lainnya, ia perlahan-lahan mulai menguak sebuah rahasia busuk dan mengerikan, menyadari bahwa invasi para iblis ini hanyalah permulaan dari tragedi yang lebih besar.


Simak ulasannya di halaman kedua!


Sadis, Erotis, dan stylish

Review DEVILMAN Crybaby: Buas, Brutal, dan Penuh Gaya

Kalau kalian memang membaca ulasan ini dari awal sekali, tentu sudah membaca peringatan yang penulis tulis bukan? Penulis tahu, sebelum DEVILMAN Crybaby sudah ada anime gore lainnya yang juga mengandung banyak konten kekerasan dan darah. Tapi khusus untuk anime ini, memang perlu diberi catatan khusus karena apa yang diperlihatkan di sini nyaris melewati atau bahkan sudah melebihi ambang batas kewajaran.

DEVILMAN Crybaby adalah anime yang hardcore dari segala segi. Adegan kekerasan yang luar biasa sadis seperti tubuh yang hancur, terpotong-potong, isi perut dan otak yang terbuncai dengan santainya diperlihatkan di sini. Adegan erotis seperti seks, striptease, dan pemerkosaan pun juga jumlahnya tidak sedikit, penulis harus menyarankan kalian untuk menontonnya di ruangan tertutup demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Ya, penulis tahu, kenapa Yuasa dengan nekatnya memperlihatkan hal-hal eksploitatif seperti ini? Sebenarnya ada justifikasinya. Dengan DEVILMAN Crybaby, beliau ingin memperlihatkan semua sisi terburuk manusia, menegaskan bahwa bila didorong oleh hawa nafsu yang berlebihan, maka sifat manusia nyaris tidak ada bedanya dengan sifat-sifat setan.

[read_more id="363438"]

Mungkin karena di-backing oleh Netflix, Yuasa bisa leluasa memperlihatkan konten-konten ekstrem seperti ini, mengingat tidak sedikit serial-serial live action milik Netflix lainnya yang memiliki konten serupa. Ambisi Yuasa lewat DEVILMAN Crybaby ini jelas begitu besar, sehingga ia tidak ingin keterbatasan sensor di televisi menghambat niatannya menyajikan sesuatu yang segila ini. Singkatnya, ia benar-benar all-out.

Meskipun ia all-out dari segi konten, agaknya kali ini visual minimalis yang cenderung freestyle ciri khas sekaligus kekuatan terbesar Yuasa malah terkesan menghambat niatnya dalam memperlihatkan sesuatu yang megah.

Di paruh awal DEVILMAN Crybaby yang cenderung lebih "ringan", dibumbui dengan humor-humor dan adegan-adegan aksi over the top, penggabungan tone tersebut dengan visual khas Yuasa terlihat cukup cocok, terutama di episode pertama yang benar-benar sukses "memperkenalkan" penonton akan kegilaan apa yang akan menanti mereka selama 9 episode ke depan.

Namun mendekati akhir, di mana kisah yang awalnya hanyalah sekedar "Monster of the week" ala serial-serial tokusatu bergeser menjadi sebuah epik kiamat, DEVILMAN Crybaby berubah menjadi agak hambar, karena meskipun terlihat ada usaha untuk memperlihatkan suasana apocalyptic yang kacau dan mencekam, keterbatasan visual membuatnya terasa kurang menggigit.

Adegan-adegan aksinya pun cenderung kurang memukau, kebanyakan adegan-adegan berantem di sini mengandalkan teknik fast cut yang mungkin memang memacu adrenalin dan disesuaikan dengan visual Yuasa yang luwes, tapi sayangnya disajikan tanpa koreografi yang baik.

Review DEVILMAN Crybaby: Buas, Brutal, dan Penuh Gaya

Penulis sering komplain perihal serial-serial Netflix (Terutama serial-serial Marvel) yang terkesan dipaksakan memenuhi kuota 13 episode dan sangat terasa dipanjang-panjangkan, tapi untuk kasus DEVILMAN Crybaby, rasanya masih boleh lah ditambahkan 1-2 episode untuk sedikit memberi jeda mengingat hanya dengan 10 episode, anime ini terkesan terburu-buru terutama di 2 episode terakhir.

Namun terlepas dari tempo kisah yang terlalu cepat menjelang akhir, pujian lebih patut disematkan pada kayanya karakterisasi tokoh-tokoh utama di miniseri ini. Karakter Akira dan Ryo dibuat sangat likeable, penonton bisa dengan cepat bersimpati ke mereka, dengan Miki selaku love interest Akira yang manis menjadi penyejuk hati yang efektif di tengah-tengah sajian brutal nan nihilis di DEVILMAN Crybaby.

Oh ya, satu lagi. Skor musik dari Kensuke Ushio yang dominan dengan ambienthip hop, dan electronic dance music adalah kekuatan utama dari DEVILMAN Crybaby kala naratif dan animasinya terasa tak lagi mengangkat. Melejit pasca mengisi skor untuk A Silent Voice (2016), musik gubahannya tak kalah bagus dari John Carpenter, Cliff Martinez, Tangerine Dream, atau skor brilian Oneohtrix Point Never untuk Good Time (2017).

[read_more id="363575"]

Musik pembuka gubahan duo electronica Denki Groove yang bertajuk "MAN HUMAN" juga terasa cocok menemani animasi pembuka yang jujur saja sangat fantastis kualitasnya. Andai saja Yuasa berani menggunakan gaya ini di paruh akhir karena sangat cocok dengan pergeseran tone-nya.

Menonton adegan-adegan sadis dan keji sambil diiringi musik ajeb-ajeb seperti ini mungkin memang agak aneh, tapi bisa kita ambil kesimpulan bahwa ini adalah ulah Yuasa yang ingin mememberikan jari tengah kepada penonton, dan hasilnya di luar dugaan sangat efektif!

Verdict

Review DEVILMAN Crybaby: Buas, Brutal, dan Penuh Gaya

Sekali lagi penulis menegaskan bahwa DEVILMAN Crybaby bukanlah tontonan untuk semua orang. Bisa jadi dari awal kalian memang tidak tahan dengan konten-konten mengusik yang dengan santainya diperlihatkan di sini, atau memang tertarik namun kurang cocok dengan gaya visual Yuasa yang khas.

Terlepas dari kekurangan dari animasi dan ceritanya, DEVILMAN Crybaby tetap merupakan sebuah tontonan yang lumayan "menghibur" dan cukup unik, bisa dengan mudah menjadi objek obsesi kalian dalam beberapa waktu ke depan, mengingat ada adaptasi-adaptasi lain dari masa lampau yang juga tak ada salahnya ditonton setelah menyelesaikan 10 episode ini.

Oh iya, tak usah repot-repot menunggu musim kedua, karena ending untuk anime ini cukup konklusif. Kecuali Netflix dan Yuasa mau melanjutkannya lewat kisah manga karya Go Nagai lain yang sebaiknya tidak usah dibahas dulu di sini, karena mengandung spoiler!

Diedit oleh Fachrul Razi

Artikel terkait

ARTIKEL TERBARU