Lembur Tidak Dibayar? Begini Lanjutan Kasus Studio One Punch Man, Madhouse

Pada tahun 2010, seorang asisten produksi studio A-1 Pictures meninggal akibat bunuh diri. A berharap tragedi tersebut tidak terulang kembali.

Lembur Tidak Dibayar? Begini Lanjutan Kasus Studio One Punch Man, Madhouse

Duniaku.net- Dalam lingkungan penggemar anime lokal, Madhouse terkenal dengan judul-judul anime seperti No Game No Life, Death Note dan saat ini, One Punch Man yang musim keduanya dikerjakan oleh tim animasi yang disusun oleh Studio J. C. Staff.

Sebelumnya, terdapat sebuah laporan dari Bungei Shunju Online (disingkat Bunshun Online) menemukan adanya indikasi praktek Black Company melalui kisah seorang staf berinisial A, yang mengakui sampai sempat diangkut ke rumah sakit akibat bekerja terlalu keras dan tidak sadarkan diri.

Berita selengkapnya tentang kejadian sebelumnya bisa kamu baca di bawah ini:

Saat ini, Bunshun Online baru saja memublikasikan wawancara mereka terhadap A, sang asisten produksi studio bersangkutan.

Dalam sebuah proyek anime, A mengakui terdapat masa penyempitan kerja (crunch time) dari episode-episode yang seharusnya dikerjakan selama 3 bulan harus diselesaikan dalam waktu 1 bulan. Hal ini yang membuat stres, lelah dan lapar yang dialaminya dalam periode tersebut mengakibatkan kejadian tidak terduga di atas.

Lembur Tidak Dibayar? Begini Lanjutan Kasus Studio One Punch Man, Madhouse

Hal ini pun disebabkan storyboard episode-episode tersebut yang baru selesai sebulan sebelum anime bersangkutan tayang. Dalam waktu itu A pun sempat tidur di studio selama tiga hari dan pulang ke apartemennya hanya untuk mandi.

Hasilnya, karyawan-karyawan produksi tersebut bekerja selama 393 jam dalam bulan tersebut dan kurang lebih 200 jam lembur dihabiskan selama periode tersebut. Sementara itu, batas maksimal pemerintah Jepang dalam jam lembur adalah 100 jam per bulan.

Lembur Tidak Dibayar? Begini Lanjutan Kasus Studio One Punch Man, Madhouse Foto: Staf A (Sumber: Bunshun Online)[/caption]

Tugas PA adalah menjaga sirkulasi kerja animator tetap berjalan mulus hingga jadi, dan kesulitan ini jelas dihadapi oleh saudara A dalam meyakinkan animator untuk mengerjakannya.

"Animator dibayar sama untuk potongan adegan wajah seseorang berbicara dan hanya menggerakkan bibirnya saja seperti mereka dibayar untuk potongan 10 orang saling baku hantam, sehingga kita kesulitan untuk mencari orang yang menerima pekerjaan animasi adegan yang lebih rumit."

Yoshimichi Kameda, desainer karakter dan asisten sutradara anime Mob Psycho 100 berpendapat dalam cuitan pribadinya. Terjemahannya bisa kamu lihat di bawah.

https://twitter.com/59033ihcimihsoy/status/1120287832889675781?fbclid=IwAR1KSQrUDFYrJohGjbIyYPN-Dxi4MctT8l7IQq49Y4lNrFTCwPpq6wEf0Hw

"Madhouse nggak terlihat seperti sebuah Black Company, begitu pikirku."

Dalam waktu ini, A bergabung dengan Black Company Union, serikat yang dibangun tahun 2017 yang menawarkan konsultasi dan dukungan terhadap karyawan-karyawan lintas industri. Hingga saat ini, asisten produksi Madhouse tersebut sudah menghimpun kerugian lembur hingga 3 juta Yen (kurang lebih 377 juta Rupiah), menurut aktivis hak buruh muda Shohei Sakakura.

A berujar, dengan mengaku, ia khawatir akan kehilangan kesempatan promosinya. Namun, ia merasa tindakannya sangat diperlukan.

Pada tahun 2010, seorang asisten produksi studio A-1 Pictures meninggal akibat bunuh diri. Kantor Inspeksi Standar Hak Buruh Shinjuku mengutip depresi akibat bekerja terlalu keras sebagai penyebab tragedi tersebut. Asisten Produksi Madhouse tersebut berujar bahwa ia berharap untuk mencegah kejadian seperti itu terulang kembali.

"Orang bertanya-tanya kalau aku ingin menghancurkan Madhouse, tapi bukan itu yang kuinginkan. Aku hanya ingin lingkungan kerja yang lebih baik."

Apa pendapatmu tentang kasus studio yang melahirkan adaptasi anime Death Note, One Punch Man, Cardcaptor Sakura dan tragedi dalam studio yang mengerjakan anime Sword Art Online tersebut? Bagikan opinimu melalui kolom komentar!

 

 

Artikel terkait

ARTIKEL TERBARU